Terkikisnya Fitrah Ibu


Oleh : Henis Listyarini


Ibu adalah sosok wanita yang dimuliakan dalam Islam. Ia diberi anugerah Allah untuk meneruskan keturunan. Perjuangan ibu mengandung, melahirkan, menyusui pun Allah ganjar dengan pahala yang besar. Ibu menjadi menjadi sosok yang begitu dirindui anak karena sifatnya yang penyayang, lembut, dan penuh keteladanan. Bahkan kesuksesan seorang anak tak lepas dari kontribusi  peran dan ketulusan doa ibu yang dipanjatkan.

Namun, citra ibu hari ini ternodai. Fitrah ibu yang seharusnya menjadi penjaga dan pelindung buah hati ternyata bisa berubah menjadi predator yang ditakuti. Dipicu beban hidup yang membuat jerit tangis, kini fitrah ibu terkikis. Ibu yang seharusnya menjadi malaikat pelindung bagi anaknya ternyata bisa berubah menjadi monster pelecehan seksual yang menghancurkan masa depan anaknya sendiri. 

Bukan yang pertama. Kasus ibu yang melecehkan anak sudah banyak terjadi dengan beragam aksi. Mengapa hal ini bisa terjadi? 

Fenomena kejahatan siber kembali mengemparkan publik. Kasus dua ibu melecehkan anak kandung dengan motif ekonomi menjadi perhatian dari Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA).

Pertama, ditangkapnya ibu muda (22) inisial R di Banten  yang melecehkan anak putra kandungnya usia 4 tahun. Kedua, seorang ibu muda (26) inisial AK di Bekasi tega mencabuli putra kandungnya yang berusia 10 tahun. Dua pelaku tersebut melakukan aksi kejahatannya dengan merekamnya dalam bentuk video. Kedua pelaku tersebut melakukan aksi kejahatan atas bujukan akun Facebook berinisial IS dengan iming-iming uang.

Komisioner KPAI, Kawiyan meminta Bareskrim Polri dan Direktorat Jendral Aplikasi dan Informatika Kominfo bekerjasama menangkap IS. Hal ini sebagai bentuk penanggulangan aksi pornografi atau pelecehan yang melibatkan anak.

Debut bidang PPPA, Ratna Susianawati 

pun menyampaikan bahwa pihak kepolisian harus mengungkap siapa yang menjadi pelaku utama dan yang menyebarkan video eksploitasi seksual tersebut. Pelaku harus mendapatkan hukuman atas kejahatannya.  

Selain itu, Ratna mengungkapkan, ada beberapa motif mengapa orang tua melakukan kejahatan tersebut. Di antaranya karena masalah tekanan ekonomi, kecanduan (alkohol, narkoba, pornografi) kekerasan rumah tangga, faktor gangguan jiwa (news.detik.com, 9/06/2024).

Tahun lalu di Kota Jambi, sempat digegerkan kasus ibu muda yang melecehkan 11 anak. Di mana pelaku meminta anak untuk melihat adegan ranjang pelaku dengan suaminya. Kemudian meminta agar menyentuh kelamin pelaku. Korban diimingi-imingi main playstation gratis (kompas.com, 07/02/2023).

Ada apa dengan ibu, mengapa begitu tega melakukan perbuatan keji yang jelas bertentangan dengan naluri dan fitrahnya? pertanyaan ini sungguh menyesakkan hati.

Anak seharusnya dijaga dan dikasihi. Namun, yang terjadi anak justru menjadi sasaran empuk demi memenuhi nafsu syahwat dan pundi-pundi uang. Ibu rela melakukan tindakan amoral, merusak mental dan kehidupan anak.

*Sistem Kapitalisme-Sekuler Mengikis Fitrah ibu*

Tak dapat dipungkiri, potret pahit atas kejahatan yang dilakukan ibu tak lepas dari kehidupan kapitalisme saat ini. Sistem kapitalisme yang dianut negeri kita saat ini telah membawa pengaruh besar bagi penganutnya. Bagaimana tidak, sistem ini telah menjadikan para individu bebas meraih manfaat.

Manfaat atau pundi-pundi materi adalah tujuan utama untuk diraih. Maka segala upaya apapun akan ditempuh sekalipun itu perbuatan haram.

Kita tahu hidup di zaman ini serba berbayar dan apa-apa mahal. Kebutuhan hidup semakin besar sementara pendapatan tak seberapa. Kini, beban ekonomi bisa berbuah menjadi malapetaka. Bagaimana tidak, bekerja yang seharusnya menjadi tanggungjawab di pundak suami kini istri pun turut ambil porsi. Para istri kini harus memutar otak bagaimana agar kebutuhan hidup bisa tercukupi.

Lagi-lagi hal ini menimbulkan masalah baru. Peran sebagai ibu dan penggurus rumah tangga adalah kemuliaan. Sejatinya peran ibu yang utama adalah mendidik anak-anaknya, memberikan perhatian serta memenuhi tangki kasih sayang anak dengan rasa ketenangan. Sehingga tercetaklah generasi-generasi unggul berakhlak mulia. Namun, ibu kini harus berjibaku ikut memikirkan ekonomi.

Kapitalisme telah berhasil mengikis fitrah alami ibu. Ia tega melecehkan bahkan mencabuli anaknya. Dengan sadar pelaku yang notabenenya seorang ibu malah merekam tindakan asusilanya tersebut demi uang yang telah dijanjikan.

Miris memang, ibu yang seharusnya menjadi tempat berlindung, belajar, dan menjadi panutan bagi anak-anaknya kini bisa berubah menjadi monster yang kapan saja menyerang. Himpitan ekonomi telah berhasil merusak ketahanan keluarga Muslim. Melahirkan para individu yang jauh dari iman dan takwa. Masa depan generasi pun terasa dalam ancaman.

Mandulnya keimanan ibu akibat sistem kapitalisme tidak dapat terelakkan. Tak ada rasa gelisah, tak ada rasa takut kepada Allah Ta'ala. Hilangnya iman membuat hidup kalap karena tak taat. Agama yang seharusnya menjadi rambu dan penjagaan tak lebih hanya sebuah simbol atau status yang tidak memberi pengaruh. Hidup tanpa arah karena agama tak jadi pedoman hidup.

Lingkungan masyarakat sekuler pun turut andil dan memberi imbas rusaknya fitrah ibu. Kita bisa lihat bagaimana kehidupan masyarakat hari ini penuh kebebasan dan jauh dari aturan Islam. Pemikiran dan perilakunya tidak mencerminkan bagaimana seorang Muslim harus bersikap. 

Ditambah dengan gencarnya media sosial yang menyuguhkan tayangan dengan konten-konten berbau pornografi baik film maupun tulisan novel yang membangkitan syahwat dan merusak akal. Inilah bencana bagi masyarakat saat ini. Saat ini sosmed bukan untuk karya positif dan edukatif saja. Namun, bertebaran pula karya yang merusak pemikiran masyarakatnya dengan konten tidak Islami. 

Dapat kita pahami bahkan sistem kapitalisme sekuler adalah akar masalah dalam kehidupan saat ini, terutama bagi para ibu. 

Ibu adalah pendidik generasi. Kiprahnya yaitu menjadikan generasi tangguh, berpengaruh serta memberi manfaat untuk umat. Kini fitrah para ibu terkikis oleh gempuran sistem yang rusak.

*Islam Sistem Paripurna dalam Kehidupan*

Segala permasalahan yang mendera kehidupan masyarakat saat ini tentu membutuhkan perbaikan. Oleh karenanya butuh sistem yang sempurna tanpa cacat. Sistem itu tiada lain adalah sistem Islam.

Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Di dalam sistem Islam terpancarlah aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Al-Qur'an sebagai petunjuk dan pedoman manusia agar selamat hidup di dunia dan bahagia di akhirat.

Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Maidah ayat 16:


ÙŠَّÙ‡ۡدِÙ‰ۡ بِÙ‡ِ اللّٰÙ‡ُ Ù…َÙ†ِ اتَّبَعَ رِضۡÙˆَانَÙ‡ٗ سُبُÙ„َ السَّÙ„ٰÙ…ِ ÙˆَÙŠُØ®ۡرِجُÙ‡ُÙ…ۡ Ù…ِّÙ†َ الظُّÙ„ُÙ…ٰتِ اِÙ„َÙ‰ النُّÙˆۡرِ بِاِذۡÙ†ِÙ‡ٖ ÙˆَÙŠَÙ‡ۡدِÙŠۡÙ‡ِÙ…ۡ اِÙ„ٰÙ‰ صِرَاطٍ Ù…ُّسۡتَÙ‚ِÙŠۡÙ…ٍ

_Dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus._

Dengan sistem Islam itu lah maka masyarakat (baik laki-laki atau perempuan) termasuk ibu akan terdidik dan terbina. Mereka akan menjalan peran sesuai dengan fitrah penciptaannya. Ayah, ibu, anak akan memahami bagaimana perannya dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat.

Di dalam naungan Islam peran ibu tidak akan terbebani dengan mencari nafkah. Tanggung jawab  mencari nafkah hanya akan dibebankan pada suami. Negara yang menerapkan sistem Islam akan membuka lapangan kerja yang seluas-luas bagi  laki-laki karena ia bertanggung jawab atas nafkah keluarganya. Serta negara akan menjamin semua kebutuhan hidup tiap individu masyarakat  dari sandang, pangan, papan. Sehingga ibu bisa menjalankan amanah yang mulia untuk mendidik anak-anaknya tanpa beban dan tekanan hidup.

Sistem Islam pun akan memperkuat keimanan dan menjaga fitrah ibu.

Dengan rasa keimanan ibu akan menjalankan peran dan tanggung jawabnya untuk mendidik anak-anaknya dengan penuh suka cita.

Karena ia akan memahami bahwa amanah menjadi ibu adalah kemuliaan dari Allah dengan ganjaran surga. Maka ibu akan menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya.

Di dalam Islam masyarakat yang Islami akan mudah diwujudkan. Karena sistem kehidupan Islam akan membina dan menjaga setiap individu masyarakatnya. Segala bentuk ide atau pemikiran sekulerisme dari Barat yang memisahkan agama dari kehidupan akan dimusnahkan. Masyarakat akan terdidik dengan ide-ide Islam dan beramal sesuai dengan tuntutan syariat. 

Kemudian negara dengan sistem ketahanannya akan memfilter segala bentuk informasi media sosial. Negara akan menjadikan sosial media menjadi sarana edukasi Islam dan dakwah. Segala bentuk tayangan pornografi akan ditutup. Masyarakat termasuk ibu dan generasi muda dapat hidup tenang tanpa was-was akan kontaminasi negatif yang merusak moral.

Sungguh hanyalah Islam aturan dari Allah Ta'ala yang  mampu menghantarkan kehidupan menuju kebahagiaan dan keberkahan. Melindungi fitrah ibu dan menjaga generasi, insyaallah.

_Wallahualam bissawab._

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel