Filisida Maternal: Korban Sistem Kapitalisme

 



Indriani, S.Pd

(Praktisi Pendidikan Muslimah, Ngaglik, DIY)


Mengenal istilah “Filisida”, yakni pembunuhan anak dengan tindakan sengaja orang tua membunuh anaknya. Kata filisida berasal dari bahasa Latin filius dan filia ('putra' dan 'putri') dan sufiks -sida, yang berarti membunuh, atau menyebabkan kematian. Istilah tersebut dapat merujuk pada kejahatan itu sendiri serta pada pelakunya. Korban filisida terutama terjadi pada bayi atau anak kecil, tetapi tidak terbatas pada usia tersebut.


Dilansir dari laman antaranews.com, anggota KPAI Diyah Puspitarini menyampaikan kaitan kasus di Bandung, yakni seorang ibu telah meracuni dua anaknya kemudian bunuh diri terkategori ”filisida maternal”. Adapun yang melatarbelakanginya adalah faktor ekonomi.


Negara Indonesia yang terkenal dengan agrarisnya, lautannya, SDA yang kaya raya namun berita miris telah terjadi di tengah negara ini. Sebenarnya, para ibu, anak, dan rakyat sedang dibawa kemana? Harus berlindung dan mengadu kepada siapa? Biaya bahan pokok yang menjulang tinggi, biaya pendidikan, ketimpangan sosial yang sungguh miris. Episode pergantian pemerintahan terselenggara dengan diadakannya pemilu 5 tahunan, namun miris suara rakyat hanya diambil untuk melanggengkan kekuasaan segelintir orang. Belum drama DPR, pencopotan demi pencopotan Menteri, namun apakah menyasar imbasnya hingga level bawah teriayah Rasanya sudah telat, bila sedang dikaji penyebab seorang ibu meracuni hingga bunuh diri, sedangkan kapitalisme masih menyelimuti undang-undang negeri ini.


Perubahan, revolusi yang mendasar sangat diinginkan oleh setiap generasi, baik perbaikan ekonomi, perbaikan orang-orang yang lebih amanah, berwawasan sampai kejelasan ijazah. Kasus fisilda maternal tadi cukup menjadi tamparan keras bagi pihak pemangku kekuasaan, yang memiliki slogan “suara rakyat adalah suara Tuhan”, yang kenyataannya rakyat adalah subyek sasaran pemalakan pajak. 


Belum bicara masalah kekuatan seorang ibu, wanita di bawah bayang-bayang kapitalisme, sungguh berat bebannya. Wanita menjadi penyokong roda imperialisme industry, roda perekonomian negara dengan mengambil pajak dari pendapatnnya dengan diberikan slogan “Wanita berdaya”. Gombalan apa lagi ini?


Tinggalkan sistem kapitalis ini, sudah cukup korban seperti fenomena gunung es. Semua lini harus bergegas mengambil peran menyelenggarakan kehidupan Islam, yang dicontohkan Rasulullah. Bagaimana mekanisme tatanan ekonomi, seperangkat dengan struktural pemangku kebijakan berikut dengan wewenang dan tanggung jawabnya semua lengkap. Terbukti 1400 tahun Islam berjaya dengan negara berdassrkan syari’at Islam. Kitab ajziyah fil daulah sangat lengkap jika dikaji terlebih diterapkan di negeri ini, negeri yang sudah hampir sekarat mempertahankan demokrasi hingga mati. 


Daulah Khilafah adalah barometer baru, pembaharuan sistem, sekaligus solusi fundamental yang wajib diterapkan. Sehingga, semua pihak harus dan wajib mengupayakan dengan kesungguhan. “Artinya: Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” QS. Al-Imron : 26. Daulah Khilafah dengan sebuah keniscayaan pasti tegak, dengan ijin Allah.


Wallahu’alam bi showab

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel