Jejak Islam di Barus yang Diyakini Muncul Sejak sebelum 48 H
Jakarta - Indonesia terkenal sebagai negara dengan penduduk mayoritas Islam terbesar di dunia. Bila menilik sejarah perkembangan Islam di Nusantara, Barus menjadi salah satu wilayah yang dimasuki ajaran Islam pada periode awal.
Menurut buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas XII karya Abu Achmadi dan Sungarso, agama Islam pertama kali masuk lewat Sumatera sekitar abad ke-7 M.
Saat itu, di Sumatera telah berdiri Kerajaan Sriwijaya (683-1030) yang menganut agama Buddha sehingga Islam mengalami kesulitan untuk berkembang di Sumatera. Islam mulai tumbuh di Sumatera saat Kerajaan Sriwijaya runtuh akibat mendapat serangan dari India.
Perkembangan Islam sangat subur di Sumatera ditandai dengan berdirinya kesultanan Islam terbesar yakni, Samudera Pasai di Aceh. Samudera Pasai banyak diklaim sebagai kesultanan corak Islam yang pertama di Indonesia.
Dilansir dari Rizem Aizid dalam buku Sejarah Islam Nusantara, penyebaran agama Islam di Sumatera bagian utara bermula dari tiga daerah, yakni Barus, Aceh, dan Mandailing. Penyebaran agama Islam di tiga daerah tersebut sering disebut dengan istilah "Tiga Gelombang Penyebaran Islam di Sumatera Utara."
Islam Dibawa Masuk oleh Pedagang Arab
Barus merupakan sebuah kota yang terkenal karena perdagangan hasil buminya, yakni kapur barus dan kemenyan. Hasil bumi tersebutlah bahkan diekspor hingga ke daratan Tiongkok, Armenia, Arab, dan Mesir.
Islam pertama kali masuk ke Nusantara dibawa oleh para pedagang atau saudagar yang berniaga ke Nusantara. Salah satu tempat tujuan para pedagang itu adalah Barus.
Barus merupakan kota tertua di Indonesia yang terletak di Pantai Barat Sumatra Utara, tepatnya di Tapanuli Tengah. Gelombang pertama masuknya Islam ke Sumatera Utara melalui Kota Barus berlangsung sebelum Dinasti Sisingamangaraja dimulai, yakni sekitar pertengahan tahun 1500-an.
Sebab, pada masa itu Barus adalah kota pelabuhan besar di Sumatera Utara, maka dugaan paling kuat tentang awal masuknya Islam ke Sumatera Utara adalah melalui jalur laut, yakni transit pelayaran antara India atau Persia di sebelah barat dengan Tiongkok di bagian timur.
Dahulu, pedagang dari Gujarat dan Persia selalu singgah sebelum melanjutkan pelayaran di Bandar Barus (kini terletak di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, sekitar 280 km dari kota Medan). Barus waktu itu termasuk tempat persinggahan terbesar di pantai barat Sumatra.
Di Barus inilah, berdiri perkampungan muslim pertama di Nusantara. Bukti arkeologis tentang Barus sebagai perkampungan muslim pertama di Nusantara berhasil ditemukan oleh para peneliti gabungan tim dari Ecole Francaise d'Extreme-Orient (EFEO) Perancis dan tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PPAN) di Lobu Tua pada 1995-2000.
Penelitian itu juga menyimpulkan bahwa Barus adalah tempat Islam pertama kali "mendarat" di Nusantara pada abad ke-7.
Bukti Peninggalan Islam di Barus
Ada banyak bukti arkeologis yang yang ditemukan di Barus, salah satunya makam Syekh Rukhnuddin yang wafat pada 672 M/48 H. Penemuan batu nisan tersebut dijadikan dasar untuk memperkuat dugaan bahwa Islam telah menjangkau Nusantara sejak awal kelahirannya, yakni sejak didakwahkan oleh Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin.
Panitia badan pemelihara makam tua Barus Mudik juga meyakini Islam sudah menyentuh Barus sejak sebelum 48 Hjiriah.
Selain itu, ada banyak batu nisan lain yang menjadi bukti kedatangan Islam di Barus. Jumlah keseluruhan batu nisan yang mempunyai tulisan adalah 36 buah, termasuk batu nisan fragmentaris.
Bukti lain tentang "mendaratnya" Islam pertama kali di kota Barus adalah berupa kompleks pemakaman Islam tua di 11 lokasi. Salah satunya adalah makam Syekh Machmudsyah di Bukit Papan Tinggi yang wafat pada 440 Hijriah berdasarkan hasil penafsiran tulisan pada nisannya.
Di kompleks pemakaman Papan Tinggi ini juga, terdapat makam tuan Syekh Mahmud Barus, salah satu pembawa syiar agama Islam di Indonesia. Makam tertua yang ada di kompleks itu adalah makam Tuhar Amisuri. Makam tersebut 94 tahun lebih tua dibanding makam Sultan Malik as-Saleh di Meunasah Beringin, Kutakarang, Aceh.
Berdasarkan pemaparan beberapa bukti tersebut, sejumlah pendapat menyebut Islam masuk ke Nusantara pertama kali melalui Barus. Sebab, berita tentang kerajaan Islam di Aceh baru diketahui setelah Marco Polo menuliskan keterangannya bahwa dirinya sempat singgah di Kerajaan Samudera Pasai pada 692 H/1292 M. Di sana, Marco Polo menemui banyak orang Arab menyebarkan Islam.
Namun sayangnya, karena dahulu tidak ada pendakwah yang secara khusus menyebarkan agama Islam di Barus, corak keberislaman di sana masih dangkal. Praktik keislaman masih bercampur dengan animisme atau masih menyembah ruh nenek moyang.
Ditambah dengan masa persinggahan pedagang Arab yang tidak cukup lama untuk menanamkan ajaran Islam secara utuh. Akhirnya, pada abad ke-15, Barus mulai hilang dari peta pelayaran internasional setelah dikuasai oleh Portugis yang selalu menyerang para pedagang muslim. Akibatnya, para pedagang muslim tidak lagi singgah di Barus.
Sumber : Detik.com