Meneladani Kepemimpinan Rasulullah
Oleh: Hamsina Ummu Ghaziyah
Setiap tahun umat Islam tak pernah luput merayakan hari kelahiran atau maulid Nabi Muhammad saw., meskipun seringkali terjadi perbedaan di kalangan kaum muslim mengenai perayaan tetsebut. Sayangnya, peringatan maulid Nabi saw. ini hanya sekadar mengangkat kembali sosok beliau sebagai Nabi dan Rasul serta menyerukan untuk meneladani akhlak Beliau. Padahal, seyogianya Maulid Nabi saw. menjadi momen syiar Islam sekaligus mengajak umat Islam untuk meneladani sosok Beliau sebagai seorang pemimpin atau kepala negara.
Peringatan maulid Nabi saw. merupakan urgensitas yang sejatinya mengarah pada perubahan kondisi umat. Dimana, kondisi umat saat ini tengah diporakporandakan oleh sistem demokrasi kapitalisme yang menimbulkan banyak problematika. Kaum muslim yang jauh dari syari'at Islam, meninggalkan hukum-hukum Allah, dan meninggalkan risalah yang dibawa oleh Rasulullah.
Sejatinya, peringatan maulid Nabi saw. meneladani sosok Rasulullah secara keseluruhan. Bukan sekadar meneladani akhlak Nabi, tetapi semua yang ada pada diri Beliau termasuk bagaimana menjalankan pemerintahan atau kepemimpinan swsuai tuntunan Islam. Inilah hakikat dari peringatan maulid Nabi saw. yang seharusnya dilakukan oleh umat.
Dahulu, Sultan Salahuddin Al Ayyubi menjadikan peringatan maulid Nabi saw. sebagai momentum untuk membuktikan kecintaan terhadap Islam, menyalakan kembali api spiritualitas yang sempat meredup, serta menjalin kembali tali ukhuwah yang telah tercerai berai. Hasilnya sangat luar biasa. Tatkala umat Islam berada di ambang kehancuran kemudian berbalik memetik kemenangan ketika Sultan Salahuddin Al Ayyubi dan seluruh pasukannya berhasil memukul mundur pasukan gabungan salib dari Eropa sehingga mereka berhasil merebut kembali Palestina dan Masjid Al Aqsha dari tangan penjajah.
Dari kisah Sultan Salahuddin Al Ayyubi harymusnya kita belajar bagaimana meneladani perjuangan Rasulullah. Meneladani risalah yang beliau bawa karena itu merupakan wujud kecintaan kita terhadap Allah Swt. Kecintaan ini juga merupakan wujud keimanan kita terhadap Allah dan Rasul-Nya. Jadi, tidak ada alasan bagi kita sebagai umat Rasulullah untuk tidak meneladani kepemimpinannya.
Hanya saja, dalam sistem demokrasi kapitalisme ini umat dipaksa untuk taat dan patuh terhadap penguasa yang menjalankan pemerintahan sekuler dan tidak berhukum pada hukum-hukum Allah. Padahal, ini bukanlah role model kepemimpinan yang ideal. Karena sejatinya kepemimpinan yang ideal adalah penguasa yang menjalankan roda pemerintahan dengan berhukum pada hukum-hukum Allah seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah, Khulafaur Rasyidin hingga Khalifah setelahnya.
Peringatan maulid Nabi juga seharusnya menjadi momen untuk menyadarkan umat bahwa Nabi Muhammad saw., selain sebagai nabi dan rasul, Beliau juga adalah seorang kepala negara. Nabi Muhammad saw. adalah sosok pemimpin atau kepala negara yang ideal dan wajib diteladani. Mengapa? Karena sistem pemerintahan yang dijalankan oleh Nabi Muhammad saw. bersumber dari Wahyu Allah Swt. Bukan swperti pemimpin hari ini yang mengedepankan kejeniusan akal dan hawa nafsu semata.
Inilah sistem pemerintahan Islam yang diwariskan oleh Rasulullah saw. yang kemudian dijalankan pula oleh Khulafaur Rasyidin kemudian para Khalifah selanjutnya hingga akhirnya runtuh pada tahun 1924 di masa kekhalifahan Turki Utsmaniyah oleh Mustafa Kamal Attaturk. Jika ada sistem terbaik yang diwariskan oleh Rasulullah saw., lantas mengapa kita masih bertahan dalam sistem pemerintahan yang rusak ini?
Sistem pemerintahan yang dibawa oleh Rasulullah saw. jelas membawa kebaikan، keberkahan, kebahagiaan, serta kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Sistem pemerintahan Islam ini insyaallah akan segera terwujud sesuai yang telah dijanjikan oleh Allah Swt. dalam QS. Annur ayat 55:
“وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّلِحَٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ”
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi".
Ibn Katsir dalam Tafsir Ibn Katsir menafsirkan QS. Annur ayat 55 bahwa ini adalah janji dari Allah kepada rasul-Nya ﷺ. Karena sesungguhnya Allah akan menjadikan para khalifah di bumi, maksudnya untuk memimpin dan mengurus manusia. Dengannya akan datang suatu kemaslahatan (Tafsir Ibn Katsir juz 6, hlm 77).
Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak melanjutkan kembali perjuangan Rasulullah saw. yang telah diwariskan kepada kita umat Islam. Tugas kita saat ini adalah mendakwahkan syariah dan khilafah. Menegakkan kembali hukum-hukum Allah sebagai wujud keimanan kita kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Inilah hakikat memperingati maulid Nabi saw.
Wallahu A'lam Bishshowab