DARI JUAL BELI JASA HINGGA AGAMA
Oleh : Liza khairina
Maraknya kasus jual beli ilegal akhir-akhir ini cukup meresahkan. Tidak hanya jual beli bayi atau orok saja yang memprihatinkan. Tapi lebih dari itu, semua hal yang bisa ditransaksikan dan menghasilkan cuan telah menjadi kebutuhan pasar demi memenuhi kepentingan.
Alam kapitalisme sekuler telah melahirkan jual beli beragam yang meniscayakan interaksi masyarakatnya transaksional. Sebelumnya telah berderet kasus-kasus yang serupa. Jual beli perempuan, jual beli anak, jual beli organ tubuh.
Bahkan yang memprihatinkan, sumber rusaknya transaksi jual beli yang lagi tren dalam sistem kapitalisme itu adalah jual beli agama, jual beli hukum dan jual beli jabatan. Yang itu skala rusaknya besar dan luas memenuhi semua lapisan masyarakat.
Belum lagi jual beli yang skala kecil seperti jual beli jasa, kertas, logam, arisan dan jual beli barang kebutuhan dan lain-lain. Sungguh kondisi masyarakat kita benar-benar rusak. Mengisi kebahagiaan hidup dengan aktivitas padat jual beli. Berjual beli dunia untuk dunia saja. Berjual beli tanpa mengindahkan hukum syariat fiqih yang memang seharusnya menjadi standart berpikir dan berbuat.
Apa penyebab semua ini? Tentu jawabannya lagi-lagi mabda' atau ideologi yang dijadikan standart dalam pengaturan masyarakat.
Ideologi kapitalisme lah yang telah menjadikan hubungan penguasa dan rakyat layaknya bisnis. Apalagi antar rakyat, tentu lebih transaksional, bisnis kritis.
Jargon gotong royong yang digembar-gemborkan sebagian pemilik kepentingan dalam kegiatannya di media adalah palsu. Kenyataannya rakyat menjadi babu, pembeli wajib yang dipaksa atas nama pajak, subsidi sosial, layanan kesehatan, wajib pendidikan dan transaksi hukum atas nama keamanan.
Akhirnya masyarakat belajar bertransaksi dari hubungan antara penguasa dan rakyat ini dengan juga berinteraksi dan bertahan hidup dengan sesamanya mentransaksikan apa-apa yang bisa dipasarkan.
Tidak ada nilai moral, ruh dan kehormatan dalam kehidupan masyarakat kapitalis sekuler. Yang ada adalah nilai materi saja. Dan itu adalah wujud sebenarnya kapitalisme sekuler yang telah diekspor barat ke negeri-negeri muslim untuk menghilangkan identitas islam yang sebenarnya.
Islam sebenarnya yang memuliakan harta, darah, kehormatan, akal, agama dan keturunan telah dibajak oleh sistem yang diberlakukan ditengah-tengah umat hari ini. Beginilah kondisi umat islam ketika jauh dari situasi dan kondisi iman. Kondisi umat tanpa induk yang seharusnya mengayomi dan melindungi sebagaimana dahulu ketika berabad-abad lamanya memimpin.
Induk itu bernama Khilafah. Kepemimpinan umum bagi umat islam dan seluruh manusia yang diwariskan oleh Nabi saw kepada umatnya dengan sifatnya yang melayani. Cahaya madinah yang menjadi awal mercusuar khilafah telah meninggalkan jejak sejarah dan peradaban gemilang hingga memimpin umat berpikir cemerlang. Menyelesaikan persoalan umat dengan sudut pandang dunia akhirat.
Sudut pandang islam yang unik, khas dan fitrah telah membawa kehidupan begitu landai. Tidak ada beban apapun yang dipikul kecuali diterima sebagai amanah yang nanti akan dipertanggung jawabkan di hadapan pemilik kehidupan. Dunia benar-benar menjadi ladang amal untuk mempersembahkan yang terbaik hanya karena Allah swt semata.
Karunia diri, anak, keluarga, ilmu, kekuasan dan lain-lain dilakoni dengan penuh tanggung jawab sesuai syariat. Pun sifat malu dihadapan Allah swt dan manusia karena melanggar syariat menjadi iklim kehidupan masyarakat yang tegak berdiri diatas asas aqidah islam.
Wallahu a'lam.