Rajab : Jadikan Momentum Persatuan Umat



Oleh: H. B. Abdillah

(Aktivis Muslimah, Pegiat Literasi, Ngaglik, DIY)

Pergantian tahun baru Masehi 2025 ini, bertepatan dengan pergantian bulan Rajab 1446 Hijriyah. Hal ini menjadi sebuah momen mengawali tahun dengan bulan penuh kemuliaan dalam Islam. Membuka lembaran baru di tengah kepemimpinan yang baru pula. Lantas, akankah pemimpin baru mampu membawa perubahan baru yang nyata untuk masa depan rakyat dalam mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran? Sementara, saudara-saudara muslim kita di G4z4 P4l3st1n4 dan sekitarnya, saat ini masih terjajah, dirampas  hak-haknya termasuk kemerdekaannya. 


Ketika Dunia Tanpa Perisai

Sistem kapitalisme liberal masih diadopsi oleh sebagian besar negara di belahan dunia hingga saat ini, termasuk negeri-negeri muslim tak terkecuali NKR1. Semakin hari, sistem ini terbukti menampakkan kebobrokannya. Maka jangan heran, jika kedaulatan berada di tangan oligarki. Sebab itulah, lahirnya berbagai kebijakan maupun peraturan hanya demi kepentingan kalangan mereka sendiri, bukan untuk kemaslahatan umat.  

Padahal, jika kita menilik ke belakang, jauh sebelum kapitalisme liberal dan ideologi lainnya menguasai dunia, ada satu landasan ideologi di mana kekuatannya mampu menaklukkan negeri-negeri di belahan bumi. Kegemilangannya mampu menyatukan 2/3 wilayah di belahan dunia dalam satu kesatuan dan kepemimpinan. Begitu harum nama dan kejayaannya hingga terkenal di seanter raya. Kepemimpinannya berdiri kuat menjadi junnah (perisai), sehingga kemuliaan Islam terus terjaga. Sekaligus menjadi Ra’in (pengurus) umat, sehingga kaum muslim terjaga harta dan nyawanya. Kehidupan rakyat penuh berkah, aman, makmur dan sejahtera. Itulah Ideologi Islam yang diterapkan secara kaffah. 

Namun, kekuatan tersebut telah runtuh 1 abad yang lalu karena konspirasi dan  pengkhianatan, sehingga tergantikanlah ideologi Islam dengan ideologi Barat. Tragedi runtuhnya kejayaan Islam menorehkan rasa sakit yang memilukan. Sebab, umat kehilangan perisai dan pengurusnya. Kini mereka terlantar, tertindas, dihinakan, dan tiada lagi yang melindungi dan membela mereka. Umatlah yang terkena dampaknya. Dari kerusakan akidah umat, tak lagi berharganya darah kaum muslim, harta maupun  kekuasaan direnggut secara paksa, dan dijadikan bancakan oleh para penjajah yang serakah.

Kehormatan kaum muslim telah jatuh dititik yang paling rendah. Ajaran Islam pun selalu menjadi sasaran kebencian, sehingga menghalangi perluasan dakwah Islam. Lengkap sudah nasib kehidupan kaum muslim tanpa junnah hingga hilang arah.  Persatuan dan kesatuan umat Islam di seluruh dunia terpecah belah. Kezaliman dan ketidakadilan akhirnya merajalela dan rakyat kecil yang selalu menjadi korbannya. Umat Islam kian dilanda berbagai problematik kehidupan hampir di seluruh aspek. Mulai tingginya biaya kesehatan, pendidikan, hingga kondisi generasi yang krisis iman, miskin akhlak dan minim moral. Ditambah kebijakan kenaikan PPN 12% di awal 2025, yang berimbas pada mahalnya biaya kebutuhan pokok. 


Dunia Dengan Keberkahan Islam

Keadaan ini sangat berbanding terbalik, ketika dahulu Islam menjadi mercusuar peradaban dan masih memimpin dunia. Umat Islam berada dalam satu kesatuan kepemimpinan. Umat mendapatkan perlindungan harta dan penjagaan nyawa. Dengan diterapkannya syariah Islam secara kafah, mampu melahirkan keadilan, keamanan, kemakmuran, kesejahteraan, dan kehidupan yang harmonis di seluruh lapisan masyarakat. Bahkan tak terkecuali orang-orang non muslim merasakan keberkahan kejayaan Islam. Dakwah Islam pun juga tersebar menjadi cahaya Islam yang benar-benar menerangi dan menembus di seluruh penjuru dunia.

Ketika dasar keyakinan dan kepercayaan diletakkan hanya kepada Allah Swt., bukan pada hawa nafsu dan materi dunia. Serta segala aktivitas hanya untuk meraih Ridho Allah dengan penghambaan dan ketundukan hanya kepada Allah Swt.. Maka kekuatan akidah akan melahirkan peradaban yang hebat.

Karena itu, tak heran jika Al Quran sebagai poros akidah, yang menjadi akar kekuatan Islam menaklukkan berbagai wilayah di belahan dunia. Di mulai Rasulullah Muhammad Saw., yang kemudian diteruskan oleh Khulafaur Rasyidin, masa tabiin, kekhilafahan Abbasiyah, Umayyah hingga Utsmaniyyah. Peradaban Islam begitu gemilang dan kekuasaannya disegani di seluruh belahan dunia. 


Saatnya Berjuang Untuk Perubahan

Satu abad telah berlalu, kejayaan Islam telah hilang dari tengah-tengah umat. Kondisi umat Islam semakin memprihatinkan, historis kejayaan Islam telah dimusnahkan, ajaran Islam dijauhkan, kesejahteraan umat pun terabaikan. Berbagai kezaliman ini akibat tidak adanya perisai yang melindungi dan menjaga kaum muslim. Oleh karena itu, sudah saatnya umat Islam sadar dan bangkit. Dengan amar makruf nahi munkar, umat akan bergerak, berjuang dalam melakukan perubahan untuk menyongsong kebangkitan Islam. Janji Allah itu pasti, kabar gembira dari Rasulullah Saw. pun harus kita yakini dan kemenangan adalah suatu keniscayaan dari Illahi.

Dalam bulan Rajab terdapat banyak momentum penting yang mencerminkan kegigihan dalam perjuangan Islam. Seperti pembebasan Baitul Maqdis pada tanggal 27 Rajab 583 Hijriyah, yang dipimpin oleh Salahuddin Al-Ayyubi. Setelah sebelumnya ditaklukan oleh Umat Bin Kattab dan dikuasai oleh tentara salib selama 88 tahun. Peristiwa bersejarah ini menandai kembalinya azan dan salat Jumat  di masjid Al Aqsho. Sehingga diharapkan mampu menumbuhkan semangat perjuangan bagi kaum muslim dalam mengagungkan kalimat  Allah di muka bumi. Tentu saja, menegakkan kembali Islam yang kini tengah tenggelam, membutuhkan usaha yang besar dari seluruh umat Islam.

Kewajiban ini menjadi agenda bersama yang harus diprioritaskan dan diperjuangkan dengan upaya terbaik sepanjang masa. Sesungguhnya pertolongan Allah Swt. sangatlah dekat dan nyata. Hal itu juga harus kita raih dengan tekad kuat dan keikhlasan dalam berjuang. Sungguh, kita pasti menginginkan hidup penuh keberkahan. Oleh karena itu, mari kita jadikan bulan Rajab ini sebagai pembuktian keimanan dan kecintaan diri dengan mempersembahkan amalan dan perjuangan terbaik, hanya untuk Allah Swt. demi tegaknya Dienul Islam.


 Wallahu a'lam bishowab.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel