Bencana: Pintu Refleksi untuk Perubahan Bersama

 


H. B. Abdillah

(_Aktivis Muslimah, Pegiat Literasi, Ngaglik, DIY_)

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sudah terjadi 74 kali bencana yang melanda Indonesia sejak 13 hari awal tahun 2025. Dari keseluruhan bencana alam yang terjadi, bencana hidrometeorologi basah (banjir) masih mendominasi dengan hampir 80 persen kejadian (nasional.okezone.com, 14/01/2025).


Penyebab Bencana

Padahal, Indonesia dikenal sebagai negeri dengan keindahan alam yang luar biasa, sayangnya akhir-akhir ini rawan akan bencana. Jika kita telaah, penyebab berbagai bencana bukan sekadar faktor alam, tetapi juga karena faktor manusia. Kerusakan lingkungan yang terjadi di berbagai daerah merupakan imbas dari ulah tangan-tangan manusia serakah. Akibat kerakusan manusia dan eksploitasi alam besar-besaran dengan atas nama pembangunan inilah alam mulai dirusak. Berbagai pembangunan dan pengembangan infrastruktur yang tidak direncanakan secara komprehensif dan mendalam akan membawa dampak buruk pada alam dan lingkungan sekitar.


Di sisi lain, dari faktor spiritual, yaitu banyaknya pelanggaran syariat dan kemaksiatan karena kehidupan tidak diatur dengan syariat yang benar (Islam). Peristiwa ini akan terus berulang selama sistem kehidupan manusia masih menggunakan sistem kapitalisme sekuler-liberal. Di mana sistem yang dibangun atas dasar keuntungan, kebebasan, dan pemisahan agama dalam kehidupan. Alhasil, bencana berdampak dari berbagai aspek, meliputi banyaknya korban jiwa, kerusakan infrastruktur, kehilangan harta, bahkan menimbulkan trauma psikologis, membuat rakyat semakin menderita.


Saatnya Muhasabah Bersama. 

Alam pun seakan enggan diatur oleh hukum manusia. Kini saatnya muhasabah dan bertobat dengan berupaya agar syariat segera ditegakkan di bawah kepemimpinan Islam. Karena dengan muhasabah diri bersama, manusia akan sadar berproses untuk mengevaluasi diri dan memperbaiki kesalahan. Sehingga, kualitas kehidupan pun meningkatkan.


Sebagaimana dalam firman Allah SWT :

 _“Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi." Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”._  *(Q.S Al-Baqarah [2] : 11)* 


Juga dalam ayat yang artinya :

 _“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; agar Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”._  *(Q.S Ar-Rum [30] : 41)* 


Dari ayat-ayat di atas, menjelaskan bahwa bencana alam adalah bagian dari peringatan Allah SWT untuk menunjukkan kuasa-Nya, ketika manusia meninggalkan hukum-hukum Sang Pencipta atau tak lagi taat terhadap hukum-Nya.


Keadaan yang kita hadapi saat ini mengingatkan akan pentingnya muhasabah dalam menghadapi bencana alam. Dengan mengakui kesalahan, melakukan taubat perubahan, membangun tanggung jawab akan kesadaran lingkungan untuk menjaga keseimbangan alam dan kembali ke jalan yang benar untuk meningkatkan ketakwaan. Terlebih lagi, ketika kita sadar bahwa saat ini Indonesia tidak menerapkan hukum Islam secara kaffah. 


Islam Rahmatan Lil Alamin

Teringat tentang kisah sahabat, ketika Allah SWT datangkan bencana alam berupa gempa yang terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Inilah yang dikatakan khalifah Umar bin Khattab kepada rakyatnya, "Wahai manusia, apa ini? Apa yang sudah kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Jika saja gempa ini masih terjadi kembali, maka aku tak akan lagi bersama kalian!" 


Saat itulah, Umar bin Khattab mengingatkan kaum muslimin untuk menjauhi segala kemaksiatan, kekufuran dan segera bertobat kembali kepada Allah SWT. Oleh karena itu, sudah seharusnya rakyat dan penguasa saat ini melakukan muhasabah bersama. Membangkitkan kesadaran untuk kembali kepada hukum-hukum Allah SWT. Yang kemudian diterapkan secara sempurna dan menyeluruh dalam sistem Syariah Islam, tanpa tebang pilih.


Dengan sistem kehidupan Islam, akan lahir individu yang memiliki ketakwaan, keimanan, dan kesadaran yang tinggi. Di mana setiap aktivitas ada hubungannya dengan Sang Pemberi hidup dan rizki. Sehingga, terbentuklah masyarakat Islami yang bersinergi. Didukung juga oleh peranan negara yang menerapkan sistem aturan kehidupan dan pemerintahan berdasarkan akidah Islam.


Kepemimpinan Islam akan membangun tanpa merusak alam dan lingkungan. Sehingga, bencana bisa diminimalisir dan memberikan solusi yang mendalam. Negara berperan sebagai raa'in (pengurus) dan junnah (peeisai) sehingga rakyat hidup sejahtera dan bumi penuh berkah. Seperti yang disampaikan pada firman Allah SWT :


 _“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”_ *(Q.S Al-A'raf [7] : 96)* 


Jadikan muhasabah sebagai kunci dalam menghadapi bencana. Untuk itu, perlunya melakukan refleksi, taubat, dan perubahan menjadi manusia yang beriman, bertakwa, dan mempunyai kesadaran tinggi sebagai seorang hamba. Terapkan syariat Islam secara kaffah dalam menjalani berbagai aktivitas kehidupan untuk meraih Ridho Nya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel