Hijrah: Mengakhiri Klimaksnya Kapitalisme
Indriani, S.Pd
(Aktivis Muslimah, Ngaglik, Sleman)
Hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah membawa thariqoh (metode) yang unik, untuk diejawantahkan pada kondisi saat ini. Nyatanya kondisi umat seakut jahiliyahnya wilayah Mekah sebelum datangnya Islam mengatur aspek kehidupan.
Menengok sejarah masuknya Islam di Nusantara, yang dibawa para wali utusan Turki Ustmani, mengubah sinkretisme yang ada di Nusantara untuk dikenalkan Islam secara mendalam dengan berbagai nilai histori dan makna filosofis. Hal ini menggambarkan bahwa ada upaya pengedukasian yang telah dilakukan oleh wali songo untuk benar-benar paham akan terselenggaranya kehidupan Islam. Sejarah yang mencatat dan warisan budaya Islam saat ini juga masih terindera, yakni keberadaan alun-alun di depan Masjid Agung di berbagai kota, guna mengeksekusi pelanggar syari’at dan sekaligus disaksikan oleh khalayak ramai. Selain itu juga ada istilah ”topo pepe”, yakni rakyat duduk lama di Alun-alun karena merupakan aksi damai dilakukan, apabila pemerintah setempat lalai akan tanggung jawab dan juga tugasnya sebagai perisai rakyatnya.
Kilas gambaran tersebutlah yang merupakan lanjutan dari siroh Nabawi, hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah hingga terselenggaranya kehidupan Islam, dilanjutkan oleh Khulafaur Rosyidin, kemudian Khalifah selanjutnya hingga hampir 1400 tahun. Islam pun masuk ke Indonesia di sebagian wilayah seperti Aceh, yang terkenal dengan sebutan Serambi Mekah.
Terciptanya kehidupan inilah yang membuat Eropa tak mau kalah di panggung peradaban. Mereka mendobrak dengan visi 3G (gold, glory, gospel). Gaung revolusi industri pun menyilaukan mata dunia yang semula berkiblat pada Islam perlahan demi perlahan mulai tersilaukan dengan dominasi Inggris. Hingga dicaploknya berbagai wilayah Islam dengan diberikan kemerdekaan semu dengan slogan nasionalisme Islam, aneka bendera negara, dan lagu nasionalis. Padahal, semua itu adalah jebakan untuk masuk ke area bawah kekuasaan negara adidaya Inggris, sebelum Amerika mendominasi.
Tampak hingga tahun 2026 ini, visi 3G dibawah bayang-bayang negara adidaya kapitalisme semakin menunjukkan titik puncak klimaksnya. Negeri-negeri muslim semakin miskin, tak berdaya, di bawah penguasa-penguasa bentukan seperti boneka tangan negara kapitalis.
Kapitalisme yang semakin mencekik dan menindas, bukan hanya muslim, namun hampir seluruh penduduk bumi hanya berpihak pada penguasa yang bertangan besi. Menu sampah kebijakan kapitalisme yang sudah membuat penduduk bumi semakin sekarat, harus dicampakkan dan diganti dengan menu yang layak, elegan, memakmurkan jagat dunia, memanusiakan manusia dengan tegaknya Khilafah Islam yang kedua.
Khilafah Islam lengkap dengan struktur dan manifesto undang-undangnya sangat urgensi untuk terselenggara. Karena perintah Allah SWT dan kerakusan kapital sudah di titik klimaks, hingga harus diakhiri. Termaktub dalam firman-Nya, Khilafah Islam harus diperjuangkan dan ditegakkan.
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS An-Nur: 55).
Wallahu A'lam Bish Showab