Islam Solusi Tuntas Kekerasan Anak


Oleh : Nurma Safitri


 Kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia terjadi sangat tinggi disebabkan oleh anggota keluarganya sendiri yang tidak lain dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor ekonomi, emosi tak terkendali dan lemahnya pemahaman akan fungsi dan peran sebagai orang tua dalam sistem kapitalisme saat ini.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menyatakan ikut mengawal penanganan kasus anak yang diduga ditelantarkan dan dianiaya oleh ayah kandungnya di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Anak tersebut saat ini sedang menjalani perawatan intensif di RS. Polri Kramat Jati. KememPPPA juga, kata dia, mendorong agar segera dilakukan laporan sosial (lapsos) oleh pekerja sosial (peksos), termasuk penelusuran keluarga terdekat dari korban. Ciput Eka menilai upaya ini menjadi penting untuk memastikan keberlangsungan pengasuhan anak secara aman dan layak. 

Inisial M ditemukan seorang diri dalam keadaan di atas kardus dan sedang tertidur di lorong pasar. M pun sempat mengaku disiksa orang tuanya. Namun, M tidak bisa memberikan keterangan lebih lanjut terkait penyiksaan/penganiayaan karena masih kesulitan bicara. (tirto.id, 13/06/2025)

Menurut data dari KemenPPPA, laporan kekerasan terhadap anak pada tahun 2024, ditemukan 19.628 jumlah kasus korban kekerasan terhadap anak, dan ditemukan sebanyak 21.648 jumlah korban kekerasan terhadap anak dari bulan Januari-Desember 2024. (siga.kemenpppa.go.id, 20/03/2025)

Dari data di atas, maka tidak mengherankan bahwa banyak keluarga yang melakukan tindak kekerasan terhadap anak karena alasan ekonomi dan emosi tak terkendali pada sistem saat ini. 

Sistem kapitalisme saat ini, membuat para orang tua tidak tahu bagaimana cara dalam mendidik dan mengasuh anak. Sistem ini bahkan menghilangkan fitrah dari orang tua yang mempunyai kewajiban dalam melindungi anak-anak mereka dan menjadikan rumah sebagai tempat yang paling aman untuk anak.

Dalam kasus yang terjadi di atas disebabkan karena himpitan ekonomi kapitalisme, lingkungan dan tayangan  media yang menjadi pemicu terjadinya kekerasan pada anak serta sistem sekuleris kapitalisme yang membuat hubungan sosial antar masyarakat menjadi individualis, tidak peduli pada sesama sehingga memudahkan terjadinya kekerasan terhadap anak. 

Sistem sekuleris kapitalisme ini adalah sistem yang memisahkan agama dari kehidupan, menjadikan akal serta hawa nafsu sebagai penentu arah hidup. Sistem ini melahirkan sistem pendidikan yang menjauhkan manusia dari nilai iman sehingga generasi yang tumbuh tidak memiliki fondasi akhlak dan mental yang kuat untuk menghadapi tekanan dan konflik kehidupan.

Ketika lemah, ketika hidup hanya diukur dari untung dan rugi materi dan ketika individu dipaksa berjuang sendirian tanpa sistem yang mendukungnya, maka tak heran jika banyak orang terjebak dalam stres, depresi dan akhirnya meledak dalam bentuk kekerasan terhadap orng terdekat, oleh karena itu harus ada perombakan total terhadap sistem kehidupan yang menciptakan kerusakan ini, sistem tersebut adalah sistem Islam yang berasal dari Allah Swt. 

Islam memandang bahwa kesejahteraan manusia, baik secara lahir dan batin adalah kunci utama agar seorang hamba mampu menjalankan tugas kekhalifahannya di muka bumi dengan optimal. Islam tidak hanya mengatur dalam aspek ibadah dan akhlak saja tetapi juga merupakan panduan komprehensif yang menyentuh aspek kesehatan individu termasuk kesehatan mental. Dalam sistem Islam, negara bertanggung jawab penuh dalam menjamin kebutuhan dasar termasuk layanan pendidikan dan kesehatan secara gratis.

Negara dalam sistem Islam yakni khilafah wajib menyediakan akses kesehatan yang mudah, gratis, berkualitas bagi warganya tanpa diskriminasi. Hal ini, didasarkan pada sabda Rasulullah yang berbunyi "Imam (Khalifah) adalah pengurus rakyat, dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus." (HR. Bukhari)

Hadist ini menegaskan bahwa pemimpin memiliki tanggung jawab terhadap kesejahteraan umat bukan sekedar sebagai fasilitator, tetapi sebagai pelayan dan penanggung jawab utama. Islam juga memberikan pemahaman utuh tentang posisi manusia sebagai makhluk lemah dan terbatas sehingga membutuhkan bimbingan tsaqofah Islam agar tidak tersesat dalam menghadapi problem hidup. 

Sistem pendidikan Islam membentuk pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyyah) dengan menjadikan akidah Islam sebagai asas. Atas dasar itu, negara mampu melahirkan individu-individu kuat secara spiritual dan tangguh secara mental. Sistem informasi dalam Islam pun dibangun untuk menyebarluaskan pemikiran yang benar, menjauhkan masyarakat dari tayangan merusak yang mengumbar hawa nafsu, kekerasan, dan gaya hidup individualistik. 

Hidup dalam masyarakat yang diatur oleh sistem Islam secara kaffah akan membentuk kesadaran, bahwa setiap ujian dan beban hidup adalah bagian dari ketentuan Allah yang harus dihadapi dengan sabar dan tawakkal.

Dalam khilafah individu tidak dibiarkan berjuang sendiri melainkan didukung oleh negara dan masyarakat yang berpijak pada iman dan takwa, sehingga akan terbentuk ikatan sosial yang kuat, keluarga harmonis penuh keberkahan. Maka dari itu, hanya Islam solusi tuntas kekerasan terhadap anak.


Wallahu a'lam bisshowab.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel