HIJRAH MENUJU PERADABAN YANG MULIA


Oleh : Seddwi Fardiani


Saat ini fenomena hijrah sudah semakin menggejala. Buktinya jika kita lihat kehidupan para selebriti banyak yang mulai mengikuti trend hijrah ini,  mulai dari trend berbusana muslim yang awalnya belum menutup aurat tapi sekarang seakan-akan berlomba-lomba untuk menutup auratnya.  Kemudian dari segi makanan cenderung banyak orang yang memilih makanan halal walaupun harganya mahal. Disisi lain icon-icon syar'i saat ini semakin diminati. Ditambah lagi dengan munculnya komunitas-komunitas hijrah  yang diikuti oleh berbagai kalangan, baik artis, pengusaha, pemuda dan masih banyak lagi.

Hijrah secara bahasa berasal dari bahasa arab yakni hajara yang artinya yaitu berpindah, meninggalkan atau perubahan. Sedangkan dari segi istilah Syara' hijrah biasa diartikan dengan meninggalkan segala larangan Allah menuju kepada ketaatan kepada Nya. Sebagaimana yang dinyatakan di dalam hadis Bukhari dan Muslim bahwasanya seorang Muhajir (orang yang hijrah) adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah.

Dari segi jenisnya, hijrah dibagi menjadi dua yakni hijrah makaniyah dan hijrah maknawiyah . Hijrah makaniyah adalah perpindahan secara fisik atau tempat tinggal dari suatu tempat ke tempat yang lain sedangkan secara _maknawiyah_ hijrah adalah perubahan diri dari maksiat menjadi taat atau dari jahiliyah menjadi Islam Kaffah.

Fenomana hijrah ini tentunya merupakan hal yang positif dan sangat menggembirakan, namun jangan sampai semangat hijrah ini hanya sebatas di permukaan, tanpa tau arah hijrah/ perubahan yang hakiki.

Hijrah tidak cukup hanya sebatas individu maupun kelompok/ masyarakat. Namun hijrah yang paling penting adalah hijrah yang dilakukan negara dalam rangka untuk membentuk peradaban yang mulia. Hijrah dari sistem yang berlandaskan hukum-hukum jahiliyah yakni hukum buatan manusia beralih pada hukum yang berlandaskan pada aqidah Islam. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dan para sahabat yakni saat hijrah dari Mekkah ke Madinah. Hijrah yang beliau lakukan tidak hanya sebatas perpindahan fisik/ tempat tinggal semata, namun lebih dari itu selain karena perintah Allah dalam QS. Al Baqarah : 218 yang artinya "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah, dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." 

Beliau juga berhijrah dalam rangka membentuk masyarakat Islam yang menerapkan hukum-hukum Allah secara sempurna dalam segala aspek kehidupan. Masyarakat heterogen yang terdiri dari kaum muslimin dari kalangan anshor dan muhajirin, yahudi, nasrani dan musyrik bisa hidup berdampingan dengan menerapkan aturan yang sama yakni aturan Islam. Sehingga terbentuk masyarakat Islam yang adil dan sejahtera.

Sebagai muslim sejati kita tentu bisa berperan aktif menjadi bagian dari pelaku perubahan menuju peradaban yang mulia. Sebagai seorang hamba kita tentu akan berupaya meninggalkan segala kemaksiatan dan beralih pada ketaaatan totalitas kepada Allah Swt. Kita selalu mengupayakan agar segala tantangan hijrah bisa kita atasi dengan baik, seperti godaan dunia berupa harta, tahta, wanita yang senantiasa menyilaukan mata, keberadaan konten-konten negatif dan menyesatkan di sosial media, adanya tekanan sosial di masyarakat dan lingkungan, serta tidak adanya support sistem yang melindungi ketakwaan individu. 

Sebagai ibu kita memiliki peran yang strategis yakni ummun wa robbatul bait (ibu dan pengatur urusan rumah tangga). Ibu merupakan tiang negara karena darinyalah sebuah peradaban akan terbentuk. Seorang anak yang dididik dengan baik di dalam keluarganya dengan pendidikan Islam tentu akan menghasilkan output yang berkualitas yakni anak-anak yang berkepribadian Islam dan berpikiran cemerlang.

Sebagai anggota masyarakat kita bisa berperan untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan hukum syara' dengan cara yang makruf dan ahsan serta mengingatkan penguasa untuk segera menerapkan aturan-aturan yang datang dari Allah. Karena pada dasarnya kerusakan yang terjadi saat ini tidak semata-mata disebabkan oleh individu-individu yang bermaksiat kepada Allah, namun karena ditinggalkannya aturan-aturan Allah dalam segala aspek kehidupan.


 Wallahu a'lam bishowab

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel