Derita Gaza Kian Meningkat, Islam Solusi Tepat

 


Oleh Tsabita (Pegiat Literasi)


Genosida yang dilakukan Zionis tiada hentinya, setiap hari dunia menyaksikan serangan kejam melampaui batas kemanusiaan. Warga sipil terutama anak-anak dan wanita tidak sedikit menjadi korban paling menderita, kehilangan tempat tinggal, dan ancaman bukan hanya dari bom tetapi juga bencana kelaparan telah merenggut banyak nyawa. 

Umat manusia di dunia makin tidak bisa mentoleransi kejahatan Zionis, berbagai upaya yang mereka bisa lakukan untuk menolong mereka sebagai bentuk rasa peduli namun bentuk kepedulian terhadap warga Palestina selalu dihalangi zionis penjajah. Seperti mengirim bantuan ke Gaza meski sudah memikirkan risiko besar yang akan ditanggung oleh relawan kemanusiaan, upaya mengirimkan bantuan yang dilakukan untuk misi kemanusiaan Sumud Flotillla dihalangi Zionis. Salah satu kapal utama Armada Sumud Global yang tengah bersandar di Pelabuhan Sidi Bou Said di Tunis diserang drone. Ini serangan pertama terhadap armada yang akan bertolak ke Gaza. Satu kapal delegasi ditembak dan terbakar. Serangan ini berlangsung sehari sebelum rencana keberangkatan armada ke perairan Gaza.  Armada Sumud Global datang bukan untuk berperang melainkan membawa misi kemanusiaan. Serangan yang terjadi merupakan bagian dari pelanggaran terhadap prinsip dasar hak asasi manusia dan hukum internasional.  

Akan tetapi solusi kemanusiaan untuk Gaza belum cukup untuk menghentikan kejahatan zionis dan membebaskan Gaza, itu hanya meringankan luka, bukan menghentikan penjajahan. Bantuan berupa pangan, obat-obatan, dan logistik memang penting untuk meringankan penderitaan rakyat Palestina, tetapi itu hanya jangka pendek. Sementara akar permasalahannya adalah blokade, penjajahan dan agresi militer yang terus dilakukan secara sistematis. Maka penderitaan Palestina akan tetap terus berlanjut meski bantuan kemanusiaan terus berjalan.  Seharusnya saudara seiman berada di garis depan membela Gaza namun justru menjalin hubungan diplomatik dengan penjajah. Penghianatan penguasa Arab dan diamnya dunia secara tidak langsung memberi ruang bagi Zionis melanjutkan agresinya. 

Walau pun di tengah gencarnya bantuan kemanusiaan dan kampanye hak asasi manusia, serangan zionis terus berlanjut. Ditambah lagi dukungan persiden AS, Trump agar zionis segera mengambil alih Gaza makin kuat. Sikap Trump yang secara terang-terangan mendukung ekspansi Israel makin memperburuk konflik dan memperpanjang penderitaan  rakyat Palestina. Diamnya dunia menjadi bentuk keterlibatan pasif dalam genosida di Palestina karena membiarkan kezaliman di depan mata.  (www.rri.co.id/11/9/2025)


 *Menolak Lupa

Pada 1918, Inggris sebagai pemenang Perang Dunia I menduduki Palestina dengan status mandatorat.  Sejak itu kebijakan-kebijakan Pro-Yahudi dijalankan Inggris.  Pekerja Yahudi dibayar lebih mahal, bendera Zionis boleh berkibar sementara bendera Arab dilarang.  Merasa mendapat angin, aktivias dan zionis mulai mengkampanyekan pengusiran etnis Arab sepenuhnya dari Palestina pada 1919.

Tak lama, sejak 1920, bentrokan-bentrokan mulai terjadi antara etnis Arab dan imigran Yahudi yang kian massif kedatangannya.  Genosida yang dilakukan Nazi Jerman di Eropa terhadap warga Yahudi menjelang dan selama Perang Dunia II juga memicu migrasi besar-besaran Yahudi ke Palestina.  Setelah Perang Dunia II, genosida di Jerman memberi angin pada pemukiman Yahudi di Palestina terkait pembentukan negara zionis.       

Pada 29 November 1947 PBB kemudian mengeluarkan Resolusi 181 (II) yang membagi Palestina menjadi dua negara.  Komunitas Arab menolak karena solusi itu tidak adil.  Etnis Yahudi yang meliputi 33 persen populasi dan memiliki secara sah 7 persen saja lahan di Palestina diberi wilayah negara seluas 56 persen dari wilayah Mandat Palestina.  Sementara warga Arab yang meliputi 67 persen polulasi dan pemilik sah sedikitnya 80 persen tanah di Palestina mendapat wilayah lebih sedikit, yakni 43 persen saja.

Pada 10 Maret 1948, para pemimpin Zionis, atas usulan David Ben Gurion menyepakati rencana Daleth untuk melakukan pembersihan etnis Palestina.  Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Nakba.  Tahun 1964, Yaser Arafat mendirikan organisasi pembebasan Palestina (PLO) di pengasingan.  Palestina dibantu Mesir, Yordania dan Suriah berperang melawan Israel.  Israel dengan persenjataan dari Barat memenangkan pertempuran.  Sekitar 600 ribu warga Arab terusir dari Gaza dan Tepi Barat ( dikenal Naksa).        


 *Islam Solusi Tepat

Persoalan palestina merupakan persoalan seluruh umat muslim. Umat muslim tidak tersekat sekat melainkan bersatu layaknya satu tubuh.  Rasulullah SAW bersabda:“Perumpamaan orang orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi dan mengasihi, bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (ikut merasakannya).” (HR.Bukhari dan Muslim).  Jelaslah Rasulullah memberikan gambaran bahwa ketika melihat saudara kita yang mengalami penderitaan, seharusnya hati kita tergugah, seperti tubuh yang ikut gelisah saat ada luka di salah satu bagiannya. 

Umat muslim dipersatukan dengan ikatan akidah Islam yang membuat mereka bersaudara, syariat Islam yang selaras dengan pemikiran dan perasaan umat dan mampu menjaga juga melindungi pemikiran masyarakat. bukan atas dasar ikatan lemah yang bersifat emosional, yang hanya muncul Ketika di suatu negeri terancam bahaya, tetapi ketika dalam keadaan aman maka sirnalah kekuatan negeri tersebut dalam memperdulikan kondisi negara lain jika terjadi penjajahan dan pembantaian.

Allah SWT berfirman:  “ Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”.(QS. Ali Imran 3:103).  Karena itu, tidak ada jalan lain untuk menolong Palestina kecuali dengan adanya negara Islam yang akan menghapus penjajahan Yahudi atas Palestina, mengirim pasukan untuk melakukan pembebasan. Maka ummat butuh perisai. 

Rasulullah SAW. Bersabda, ‘Sesungguhnya imam (khalifah) itu laksana perisai yang (orang orang) akan berperang dibelakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. (HR Al-Bukhari).  Ini menunjukkan ummat butuh perisai, kemuliaan Islam harus diperjuangkan kembali dengan adanya sebuah kepemimpinan yang akan menyatukan umat muslim dengan melakukan dakwah ideologis yang tulus mengajak umat untuk berjuang.

Pada masa pemerintahan sultan Abdul Hamid II, seorang tokoh dari Zionis, Theodor Herzl ingin membeli tanah Palestina dengan menawarkan sejumlah uang dan janji politik  kepada  Khalifah Abdul Hamid II agar mengizinkan pemukiman yahudi secara besar-besaran di Palestina. Namun sang khalifah tegas menolak tawaran tersebut karena ia mengatakan tanah itu telah diperjuangkan dengan darah dan pengorbanan umat Islam. Tampak jelas bahwa kehormatan, kemuliaan dan pembebasan Palestina hanya terwujud dengan adanya negara Islam.

Hanya sistem pemerintahan Islam / Daulah Islamlah yang mampu menghapuskan sikap ashobiyah, nasionalime yang tertanam pada negeri-negeri Islam saat ini, karena umat Islam di satukan dengan aqidah yang sama, kitab al quran menjadi petunjuk hidup Bersama. Juga akan mewujudkan hak-hak tiap jiwa secara sempurna, menegakkan keadilan dan menjamin kesejahteraan dunia. Semoga segera terwujud Institusi pemersatu umat Islam dalam waktu dekat dan dengan Izin Allah SWT.  Wallahu’alam bishowab.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel