Gen Z Bicara Perubahan, Potensi Besar Kebangkitan Umat
Oleh : Dita Isnainie
Aksi demonstrasi, unjuk rasa, hingga berbagai aspirasi yang ramai disuarakan masyarakat di media sosial belakangan ini mencerminkan cara generasi Z (Gen Z) merespons tekanan. Menurut Psikolog Anak dan Remaja, Anastasia Satriyo, M.Psi., Psikolog, menilai Gen Z Alih-alih melakukan tindakan destruktif, Gen Z memilih berbicara dengan cara khas mereka, yakni menggunakan media sosial, meme, poster kreatif, hingga estetika visual. Mereka berbicara tanpa harus membakar fasilitas. Gen Z juga kuat dalam membangun koneksi dan solidaritas, baik secara online maupun offline. (Kompas.com, 5/9/2025)
Pendapat lain, Psikolog Universitas Indonesia, Prof. Rose Mini Agoes Salim, menyoroti fenomena meningkatnya jumlah anak di bawah umur yang ikut aksi demonstrasi. Menurutnya, meskipun demo bisa jadi ajang belajar menyampaikan pendapat, remaja rentan terprovokasi karena kontrol diri mereka belum matang. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat ada 195 anak yang diamankan di Polda Metro Jaya selama hampir 20 jam saat demo di DPR, Senin (25/8/2025). Para pelajar dari Jakarta, Tangerang, dan Bekasi itu mengaku ikut demo untuk menolak kenaikan gaji dan tunjangan DPR. (Inforemaja.id, 2/9/2025)
Jika diamati secara mendalam pengklasifikasian karakteristik generasi (Gen-Z) berdasarkan ilmu psikologi diarahkan untuk sesuai dengan asas kapitalisme dalam menghilangkan kesadaran politik, lebih fokus pada pendekatan spesifik Gen-Z (cara mempertahankan nilai dan identitas mereka sekaligus meminimalkan eskalasi konflik). Padahal, karakteristik manusia sejak awal penciptaannya memiliki naluri baqa' dalam menolak kezaliman dan membutuhkan solusi yang menghilangkan kezaliman.
Islam memandang fitrah manusia yang memiliki khasiatul-insan untuk mendapatkan pemenuhan dengan tuntunan syarak, bukan tuntunan psikologi. Jadi sudah seharusnya kita memandang setiap generasi sebagai pihak yang harus dipenuhi setiap hak dan kewajibannya berdasarkan perintah Allah swt dan Rasul-Nya saw. Serta menjadikan aturan Allah swt dan Rasul-Nya saw sebagai standar dalam bertindak.
Pada sisi lain, harus dipahami pula bahwa Islam juga mengatur muhasabah terhadap penguasa dengan mekanisme yang sama sejak zaman Rasulullah saw.
Allah swt berfirman: "Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk". (TQS.An-Nahl: 125)
Rasulullah saw bersabda: “Jihad yang paling afdal adalah menyatakan keadilan di hadapan penguasa yang zalim.” (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ad-Dailami).
Dalil diatas cukup untuk dijadikan landasan bahwa mengoreksi atau muhasabah terhadap penguasa zalim merupakan suatu keutamaan dan keharusan yang di perintahkan oleh Allah swt dan Rasulullah saw.
Sehingga, sudah seharusnya setiap generasi termasuk Gen Z pun mampu menjadi pelopor perubahan ke arah yang jauh lebih baik dan di ridhoi oleh Allah SWT. Tentu hal tersebut hanya akan terealisasi dengan memberikan pemahaman yang benar terhadap setiap kalangan terutama Gen Z terkait standar dari Allah swt dan Rasul-Nya saw. Agar potensi yang mereka miliki tidak menjadi sia-sia dikarenakan kesalahan dalam memahami standar hidup dan bertindak sesuai dengan yang Allah SWT dan Rasul-Nya SAW perintahkan.
Sehingga dengan demikian akan maksimal-lah potensi pemuda sebagaimana yang tercatat sejak masa Rasulullah saw. dimana para pemuda menjadi garda terdepan dalam melakukan perubahan secara hakiki (taghyir).
Wallahu'alam bisshawwab.
