Sistem Sakit Picu Filisida Maternal


Penulis : Ika Kusuma 


Kasus filisida maternal atau pembunuhan terhadap anak oleh orang tua kususnya ibu, yang dilakukan secara sengaja, makin marak terjadi. Di Banjaran, Bandung, Jawa Barat seorang ibu, En (34) ditemukan bunuh diri setelah sebelumnya meracuni kedua anaknya  yang berumur 9 tahun dan 11 bulan. (Metro TV, 9 September 2025). Sementara itu di Batang, Jawa Tengah, Vm ( 31) ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan 2 orang anak perempuannya yang tewas di pantai Sigandu.(detik.com,15 September 2025). 

Sebagian dari kita mungkin merasa tak habis pikir, bagaimana seorang ibu yang semestinya penuh kasih, justru tega menghabisi buah hatinya?

Diperlukan analisis mendalam untuk menjawab dan mengurai kasus filisida maternal ini.

Keputusasaan, kekawatiran berlebih atas masa depan anaknya, ditambah tidak adanya dukungan dari sekitar telah mematikan naluri keibuannya.

Namun, filisida maternal tak bisa hanya dilihat dari  aspek individu ibunya saja, atau sekadar persoalan keluarga, sebab banyak faktor kompleks yang melatarbelakanginya. 

Jika kita telisik, maka akan kita temui filisida maternal adalah problematika sistematik yang lahir dari sistem sakit saat ini. Kapitalisme telah menyebabkan kemiskinan struktural, hingga merusak fungsi keluarga, serta hilangnya kontrol masyarakat di tengah kehidupan yang serba individualis. Kehidupan seorang ibu dengan begitu banyak tanggung jawabnya menjadi tidak mudah, bahkan rawan menimbulkan depresi. Ibu merasa terabaikan, tersudut tanpa support keluarga, lingkungan, apalagi negara. 

Fondasi moral juga tak terbentuk akibat sistem pendidikan sekular yang memisahkan nilai-nilai agama dari aturan kehidupan. Akibatnya, di tengah kehidupan yang serba sulit, orang  sering berpikir sempit sebab mereka tak lagi punya pedoman hidup yang benar.


Lalu adakah solusinya? 

Islam paham bentul jika tanggung jawab sebagai seorang ibu sangatlah besar. Ibu adalah ujung tombak dalam mencetak generasi, fungsi seorang ibu sangatlah krusial, sebab masa depan generasi ada di tangannya. Oleh sebab itu, posisi seorang ibu sangatkah dimuliakan dalam Islam. Bahkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al Bhukhari dan Muslim disebutkan,  ketika datang seseorang kepada Rasulullah dan bertanya, kepada siapa dia harus berbakti, Rasullulah menyebut ibu 3 kali baru kemudian ayah. 

Sebegitu pentingnya posisi seorang ibu dalam pandangan Islam, maka tak ada yang boleh meremehkan profesi seorang ibu.

Islam memberikan support sistem yang mampu menjamin seorang ibu tetap waras dan bahagia dalam menjalankan fungsi keibuannya. 

Seorang ibu tak pernah dituntut mencari nafkah. Semua kebutuhannya adalah tanggung jawab suami dan jalur walinya dan ketika  keduanya tak mampu memenuhi, maka negara  yang akan menanggungnya.

Bahkan dalam hukum syarak disebutkan jika seorang wanita ditalak dalam kondisi masih menyusui, maka dia berhak mendapatkan upah menyusukan anaknya. Ini sebagaimana disebutkan dalam firman Allah QS. Ath- Thalaq ayat 6. "Kemudian jika mereka menyusukan (anak -anak)mu untukmu, maka berilah kepada mereka upahnya." 

Sedangkan negara dengan fungsinya sebagai pemelihara umat akan menjamin setiap kepala rumah tangga mendapatkan pekerjaan  yang layak, agar mereka mampu menafkahi keluarganya. Selain itu, pendidikan dan fasiliatas kesehatan yang berkualitas telah disediakan negara secara gratis, sehingga beban orang tua jauh lebih ringan.Dalam kitab Nizamul Islam halaman 195 menyebutkan, "Pasal 125,Seluruh kebutuhan pokok setiap individu masyarakat harus dijamin pemenuhannya per individu secara sempurna."(Syekh Taqiyyudin An-Nabhani) 

Yang terpenting Islam hadir tak hanya sebatas agama ritual, Islam hadir membawa aturan, baik hubungan antar individu, bermasyarakat maupun bernegara secara terperinci dan jelas.

Setiap individu telah mengenal syariat sejak dini melalui pendidikan formal maupun keluarga.

Sehingga ketika mereka telah berkeluarga, mereka telah memiliki bekal ilmu yang cukup dan  paham tentang hak dan fungsi masing-masing anggota keluarga, termasuk bagaimana mereka harus bersikap satu sama lain sehingga tidak saling mendzalimi. 

Negara juga mejalankan syariat sebagai dasar hukumnya secara tegas. Ini adalah bentuk penjagaan terhadap hak-hak masing-masing individu masyarakatnya. Kontrol masyarakat juga otomatis akan terbentuk sebab setiap individu sadar akan kewajibannya, yakni beramar makruf nahi mungkar. 

Dengan demikian, kehidupan individualistis tak akan terjadi ketika Islam diterapkan. Ketika ada di antara mereka yang bermasalah dan butuh bantuan, mereka akan saling membantu, sebab empati tumbuh dari rasa peraudaraan berlandas keimanan. 

Gambaran problematika umat hari ini harusnya telah menyadarkan umat bawasannya sistem rusak saat inilah sumber dari segala petaka. Maka diperlukan perubahan sistemik agar umat kembali bangkit.

Ketika sistem Islam diterapkan sangat mungkin filisida maternal ditiadakan, sebab mental seorang ibu akan dipastikan selalu terjaga. Jikapun ada seorang ibu yang bermasalah dengan mentalnya, akan segera tertangani dengan support sistem yang baik, melalui keluarga, lingkungan sosial,  dan juga negara. Sebab menjadi ibu yang sempurna, memerlukan sistem yang mendukungnya. Sistem yang seperti ini hanya ada dalam sistem Islam kafah. Wallahualam bishawwab.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel