Ternyata Kita Sama

 


Oleh: Finis

Sejenak kutatap semburatnya senja di ufuk Barat. Kurebahkan punggungku di kursi bambu depan rumah. Setelah seharian lelah dan penat menghinggapi raga ini. Ada rasa kagum atas kebesaran Tuhan melalui semburatnya warna-warni senja di sore ini. Subhanallah betapa sempurna ciptaan-Mu. Sembari mengingat peristiwa yang terjadi beberapa hari ini di sekolah.

Sebenarnya gak ada yang aneh sih, tapi terasa beda aja. Karena aku di sekolah atas negeri, tentunya tak ada aturan dalam hal tempat duduk. Bebas-bebas aja antara siswa laki dan siswi perempuan. Suka-suka mereka. Alhamdulillah, aku lebih memilih tempat paling belakang bersama teman cewekku. Lumayan agak jauh dari barisan teman cowok2ku.

Lamunanku bubar ketika adzan maghrib mulai berkumandang. Kutatap lagi  langit senja yang semakin redup. Aku bergegas untuk melaksanakan sholat maghrib. 

Keesokan harinya aku sampai di sekolah tepat pukul tujuh. Alhamdulillah pintu gerbang sekolah masih terbuka. Dengan terburu-baru sambil berlari kecil, aku segera memasuki ruang kelasku yang kebetulan di pojok paling depan. Usai teman-teman duduk, guru mata pelajaran pertama juga memasuki kelas. Setelah salam, dilanjut pembacaan doa. Tapi kok tumben doa kali ini, dipimpin oleh murid yang baru empat hari menjadi penghuni kelas ini. Ya, Ihsan nama anak itu.

Bahkan aku dengar bisik-bisik teman-teman, ketua kelas akan dialihkan kepada Ihsan juga. Segitu hebatnya ya, baru saja jadi penghuni kelas tapi mampu mencuri hati teman sekelas. Apa ya istimewanya, gumamku dalam hati. Dari sisi fisik, wajah dan tampilan, lumayan sih. Tapi memang ada sesuatu yang membuat dia dipercaya oleh teman-teman. Atau mungkin dari sifat tegasnya yang menonjol. Hanya sekali-kali aja interaksi dengan teman cewek. Tapi akrab banget dengan teman sesama cowok.

Malam kian larut, tapi mata ini terlalu sulit untuk di pejamkan. Mungkin karena esok ada agenda ke  kota dalam rangka "Bela Palestine", takutnya ketiduran, dan ketinggalan acara. Selintas sosok Ihsan terbayang dibenakku. Ah, ngapain harus sosok dia yang terlintas. Perlahan mataku tak mampu lagi menahan rasa ngantuk yang mulai melanda. Hingga lenyap ditelan malam.

Hari Senin, diawali dengan upacara. Cuaca sangat cerah pagi ini. Terasa mentari mulai menghangatkan tubuh ini. Melintas dibenakku nasib saudaraku di Palestina yang tanpa henti merasakan beringasnya manusia-manusia yang dilaknat oleh Allah. Mereka tetap tegar, tanpa ingin beranjak dari tempatnya berpijak. Mereka menjaga tanahnya yang suci yang di-ridhoi Allah. Meski harus menumpahkan darahnya setiap waktu tanpa batas akhir. Astaghfirullah...maafkan saudaramu ini yang belum mampu melepaskan deritamu. Tapi kami tetap berjuang membebaskanmu dari kebengisan para laknatullah. Lamunanku buyar, saat upacara hampir usai.

Jam pelajaran pertama adalah sesuatu yang paling tak kusuka. Karena terasa gerah setelah berdiri lebih dari tigapuluh menit untuk mengikuti upacara. Ternyata pelajaran pertama, jamkos. Alhamdulillah bisa santai sejenak. Suasana gaduh mulai merasuki kelas. Tapi, sekali lagi sosok yang namanya Ihsan mampu meredam suasana menjadi menyenangkan tanpa harus gaduh.

Hingga jam pelajaran terakhir usai, Teman-teman merasa senang karena besoknya sekolah dipulang pagi karena dewan guru ada rapat. Bel sekolah berbunyi pertanda pelajaran usai. Semua bergegas keluar kelas, tanpa kusadari aku tersandung bangku dibelakang Ihsan duduk. Sementara tas Ihsan yang sedari tadi masih terbuka, tersenggol tubuhku yang hampir jatuh, ada yang tercecer dari dalam tas Ihsan. Sepasang bendera Al-liwa' dan Ar-Raya jatuh dari dalam tas Ihsan. Aku terperangah.. Sementara Ihsan juga terperangah melihatku. Untuk memecahkan suasana, kubuka tas ku sambil tersenyum kuambil sesuatu dari dalam tas. Sepasang bendera Al-Liwa' dan Ar-Roya. Kami berdua tersenyum dan bergumam dalam hati kok bisa sama ya. Kami bercerita sejenak, ternyata bendera itu ada di dalam tas yang kemarin sama-sama kami bawa ketika aksi bela Palestina di ibukota kemarin. Subhanallah ternyata kita sama.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel