Anak Adalah Anugerah Childfree Merusak Fitrah
Oleh: Fitria Hizbi
Satu dari 1.000 perempuan di Indonesia diketahui memilih hidup childfree. Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia merilis laporan periode 2023 terkait fenomena childfree. Hasil survei BPS kepada kelompok perempuan, ditemukan 71 ribu perempuan berusia 15 hingga 49 tahun yang tidak ingin memiliki anak. Isi laporan tersebut mencakup 2 hal yang menjadi alasan kebanyakan perempuan memilih untuk tidak memiliki anak. Pertama, perempuan yang memiliki pendidikan tinggi atau sedang menjalani pendidikan strata. Kedua, perempuan ingin menjalani hidup secara childfree karena mengalami kesulitan ekonomi.
Dalam empat tahun terakhir angka childfree pada perempuan di Indonesia terpantau meningkat. Meski di awal pandemi COVID-19 prevalensinya sempat menurun yakni pada angka 6,3 hingga 6,5, tahun-tahun pasca pandemi tren childfree kembali ke permukaan.
Angka ini diprediksi akan berpengaruh pada total fertility rate (TFR) atau angka kelahiran. Tren TFR belakangan dilaporkan secara global dan jumlah penyusutan terbanyak terjadi di Jepang hingga Korea Selatan. Artinya, seiring bertambahnya waktu, semakin sedikit anak yang lahir. (Detik.com, 12-11-2024)
Fenomena childfree kembali menjadi sorotan publik. Istilah childfree sesungguhnya bukanlah fenomena baru. Istilah ini telah muncul sejak akhir abad ke-20 di negara-negara Barat, seperti Inggris, Perancis, USA, dan sebagainya. Istilah childfree ini bermakna konsep tentang pernikahan bukan persoalan memiliki anak atau tidak. Tetapi artinya, setelah menikah akan ada pilihan untuk memiliki anak atau tidak.
Akhir-akhir ini pelaku childfree menunjukan jumlah yang signifikan. Yang menjadi pemicu utama salah satunya adalah getolnya para feminis menyuarakan hak-hak perempuan, yang menekankan kebebasan individu termasuk di dalamnya hak memiliki anak atau tidak. Feminisme mendorong para perempuan untuk peduli pada tubuhnya dengan konsep “my body, my choice”, yang berarti hak penuh bagi perempuan untuk memutuskan memiliki anak atau tidak. Sebagai gerakan yang memperjuangkan kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki, feminisme makin mendorong perempuan untuk mengambil keputusan yang dapat mendefinisikan hidup mereka secara mandiri.
Childfree lahir dari rahim ide feminisme dan sistem kapitalisme. 2 faktor yang saling mendukung ini menghipnotis banyak perempuan muslim mengikuti arah pandang kehidupan mereka. Akibat dari paham ini, anak dan keturunan tidak lagi ditunggu kehadirannya.
Faktor dari fenomena childfree pun beragam, mulai dari khawatir rezekinya, masa depannya belum jelas, repot mengurusi anak,tanggung jawabnya besar, bahkan menjadikan anak sebagai beban. Kesulitan hidup di alam kapitalisme adalah sebuah keniscayaan, hingga akhirnya manusia putus asa dalam memberikan kehidupan yang layak untuk keluarganya.
Sekularisme yg merupakan aqidah kapitalisme telah merenggut kepercayaan umat Islam atas konsep rezeki. Sehingga melupakan janji Allah yang akan memberi rezeki pada setiap makhluknya. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya:
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami-lah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu.” (QS. Al-Isra’: 31)
Sesungguhnya childfree merupakan pemikiran yang bertentangan dengan fitrah manusia dan tidak sesuai ajaran Islam juga telah mendahului takdir Allah. Banyak nash al quran menjelaskan bahwa anak adalah anugerah, sekaligus amanah dari Allah Swt. Hanya Allah yang berhak memberikan anak kepada siapa pun. Mempunyai gelar ibu dan orangtua adalah predikat yang mulia. Terutama bagi seorang perempuan akan panen pahala ketika melalui proses kehamilan 9 bulan, melahirkan, menyusui hingga menyapih buah hatinya.
Beberapa hal yang menyebabkan childfree bertentangan ialah tujuan pernikahan sejatinya adalah untuk melanjutkan keturunan; memiliki anak merupakan fitrah manusia juga kebahagiaan orangtua. Begitu banyak pasangan yang belum Allah amanahi anak sampai berusaha melakukan segala cara dan mengorbankan apa saja untuk berobat agar bisa memiliki anak; dengan izin Allah Ta'ala anak akan menjadi wasilah datangnya rezeki; anak adalah harapan ketika kita sudah tua merekalah yang nantinya akan mengurusi kita; dan yang terpenting bahwa anak juga merupakan amal jariyah paling berharga yang kelak akan mendoakan saat kita sudah berada di alam barzah. Hanya anaklah yang akan terus mengingat kita disaat orang lain sudah melupakan kita.
Islam sebagai aqidah aqliyah yang terpancar dari nya aturan mempunyai solusi atas setiap permasalahan manusia, termasuk menepis ide childfree. Adapun sudut pandang Islam untuk membantah alasan-alasan perempuan yang memilih tidak memiliki anak, diantaranya:
Pertama, Islam memerintahkan setiap ayah dan wali untuk bekerja agar dapat menafkahi istri dan anak- anaknya. Oleh karena nya negara mempunyai peran penting membuka lapangan pekerjaan bagi kepala keluarga untuk mencari nafkah. Hingga peran ibu dapat dilaksanakan dengan baik, tanpa dipusingkan dan disibukkan bekerja membantu perekonomian keluarga.
Kedua, Islam mengharuskan para ayah untuk memperlakukan para istri mereka dengan baik. Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik perlakuannya terhadap istrinya. Aku adalah yang terbaik perlakuannya terhadap istri”. (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Hibban)
Ketiga, Islam telah menjamin ketenangan kepada para ibu dengan cara negara turun langsung dalam penyediaan kebutuhan masyarakat dalam kesehatan, keamanan, dan pendidikan secara gratis dan berkualitas, serta menutup semua kebutuhan masyarakat. Dengan begitu tidak menjadi alasan bagi para ibu untuk khawatir anak-anak mereka tidak bisa sekolah karena biaya pendidikan yang mahal dan tidak bisa berobat karena tidak terjangkaunya biaya kesehatan.
Kapitalisme sebagai biang keladi dari semua paham rusak yang merasuki umat Islam. Dengan dalih HAM, negara ini menerima
paham apapun yang dapat merusak pemikiran, salah satunya ide childfree. Maka sudah saatnya membersihkan pemikiran umat dengan menyebarkan dakwah Islam kaffah. Memberikan gambaran yang jelas dan utuh bahwa perjuangan menegakkan syariat selain sebuah kewajiban juga memberikan kemaslahatan bagi umat manusia.
Wallahu a'lam bishawab