Hari Anak Sedunia : Seremonial tanpa Solusi Nyata


Oleh: Ulfah Sari Sakti,S.Pi (Jurnalis Muslimah Kendari)

Setiap 20 November, dunia memperingati hari anak.  Berbagai kegiatan dihelat, begitu pula ekspose data dan kebijakan pemerintah tentang anak, tidak terkecuali kekerasan terhadap anak.  Berdasarkan data media, kekerasan terhadap anak terus meningkat setiap tahunnya, ini menunjukkan sistem Kapitalis-Sekuler saat ini belum mempu melindungi anak.

Dilansir dari detikjatim.co.id (13/11/2024), Hari Anak Sedunia menjadi momen merefleksikan kemajuan yang telah dicapai dan langah-langkah yang masih perlu diambil untuk melindungi generasi masa depan.  Para orang tua, guru, pemerintah hingga aktivis dapat berperan penting dalam kampanye Hari Anak Sedunia. Peringatan ini menjadi pengigat bahwa setiap anak, di mana pun mereka berada, memiliki hak untuk hidup sehat, aman dan bermanfaat.  

Berbagai ungkapan hadir pada perayaan Hari Anak Sedunia tahun 2024 ini, diantaranya “tanpa anak, dunia akan kehilangan sinar matahari, tawa dan cinta.  Itu sebabnya saya percaya anak-anak adalah ciptaan yang paling berharga di dunia.  Kita harus melindungi, mencintai mereka dengan segenap kekuatan kita, karena mereka adalah harta terbesar kita”.

Paradoks Kebijakan Dunia 

Dunia saat ini seolah tampak begitu memperhatikan nasib anak, tetapi faktanya masih ada anak-anak yang belum terpenuhi hak-haknya, yaitu anak-anak di bumi Palestina.  Sudah setahun lebih mereka turut merasakan bombardir dari Zionis Israel.  Mirisnya dunia antara lain melalui PBB hanya mampu mengeluarkan kebijakan kecaman tanpa berani mengeluarkan kebijakan embargo Israel dalam segala bidang, sekaligus mengadili para pemimpinnya yang telah merenggut puluhan ribu nyawa warga Palestina, tidak terkecuali nyawa bayi dalam kandungan.

Tema hari anak sedunia tahun 2024 yaitu listen to the future.  Stand up for children’s rights (dengarkan masa depan.  Dukung hak-hak anak).  Tema ini berbanding terbalik dengan kondisi anak-anak Palestina.  Dunia semakin bungkam, karena negara adidaya seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan sekutunya malah memilih mengirimkan senjata kepada Zionis Israel.  Padahal jelas-jelas telah terjadi Genosida di Palestina.

Zionis Israel dan negara adidaya sekutunya yang selama ini menggaungkan hak asasi manusia (HAM), nyatanya malah melanggar HAM.  Tidak ada rasa belas kasihan sedikit pun dengan rakyat Palestina.  Nyawa mereka seolah tak berharga.  Hal ini terjadi karena idiologi Kapitalis-Sekuler yang dianut, yaitu hanya mengutamakan kepentingan golongan mereka serta kebebasan individu.

Disisi lain, kaum muslimin tidak berdaya menyelamatkan para saudaranya dari penjajahan Zionis Israel.  Padahal jumlah kaum muslim banyak serta negeri mereka memiliki persenjataan yang tidakl kalah canggih.  Inilah jika tidak ada persatuan diantara kaum muslim, akibat tersekat batas negara bangsa. Masing-masing negeri muslim sibuk mengurus kepentigan negeri dan rakyatnya.   

Sistem Islam 

Berbeda dengan sistem Kapitalis-Sekuler saat ini, sistem Islam sangat melindugi anak dan tidak menunjukukan perhatian kepada anak melalui berbagai peringatan seremonial, tetapi langsung dengan kebijakan nyata.  Misalnya pemerintah sistem Islam memenuhi kebutuhan nutrisi anak mulai dari kandungan dan setelah bayi lahir, dengan tercukupinya kebutuhan setiap rumah tangga, karena para kepala keluarga memmiliki pekejaan dengan upah yang layak.  

Pemeritah pun menjamin kestabilan harga sehingga kebutuhan anak-anak pun terpenuhi, begitu pula dengan layanan pendidikan dan kesehatan.  Disisi lain, kurikulum yang berbasis akidah dan syaksiyah Islam telah membentuk para anak (generasi) yang taat syariat.  Mereka tumbuh menjadi generasi pemimpin masa depan dan ulama terpandang.

Tidak kalah penting, sistem pemerintah Islam akan melindugi semua warga negaranya, karena pemimpin yang hadir yaitu pemimpin layaknya perisai yang akan menjadi tameng dan masyarakat akan berjuang di belakangnya.

Sungguh, hanya sistem Islam yang terbukti mampu menyelamatkan anak-anak dan mensejahterakan mereka bersama keluarga mereka, sekaligus menjadikan mereka menjadi pemimpin peradaban.  Semoga sistem Islam segera tegak kembali.  Wallahu’alam bishowab.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel