Dunia Pura-pura Buta, Melihat Bara di Palestina

 



H.B.Abdillah

(Aktivis Muslimah, Ngaglik, Sleman, DIY)

Selama kurang lebih 380 hari, tragedi Badai Al-Aqsa sejak 7 Oktober 2023, tanah Palestina, negeri para nabi ini menjadi saksi bisu atas kekejaman yang tidak manusiawi. Kaum Zionis Israel dengan tangan besinya terus melancarkan berbagai serangan yang membabi buta. Serangan brutal tersebut tidak hanya menargetkan para pejuang kemerdekaan Palestina. Tetapi, juga warga sipil yang tidak bersalah. Mulai dari balita, remaja, dewasa hingga lansia, laki-laki, maupun perempuan, bahkan tim medis pun tak luput jadi sasaran.


Seiring dengan berjalannya waktu sebagaimana yang diberitakan _Al Jazeera,_ data terakhir di pertengahan bulan Oktober 2024 ini menunjukkan jumlah korban genosida Zionis Israel di Gaza Palestina terus meningkat secara drastis. Korban syahid lebih dari 42.344 jiwa, sementara lebih dari ratusan ribu lainnya terluka. Jutaan warga Palestina telah menjadi pengungsi akibat pembantaian yang tak kunjung henti. Hingga menyebabkan mereka kehilangan rumah, tanah, sekolah, masa depan mereka, tertimpa kelaparan, kekurangan air bersih, obat-obatan, dsb (www.donasipalestina.id).


Kabar terbaru bahwa Zionis Israel tidak hanya melancarkan aksi kekejamannya pada warga Palestina saja. Zionis Israel juga melakukan serangan ke Libanon pada akhir September 2024 hingga hari ini. Dalam kurun waktu 1 bulan dari serangan tersebut, mengakibatkan lebih dari 2.710 warga Libanon yang meninggal dunia dan lebih dari 12.592 jiwa korban luka-luka. Pembantaian ini telah menorehkan luka mendalam di hati umat manusia seluruh dunia. Dengan penuh kemarahan, dalam berbagai aksi telah dilakukan masyarakat di berbagai belahan dunia untuk mengutuk kekejaman Zionis Israel yang terus berlangsung ini (antaranews.com, 29/10/2024).


Membayangkan hidup di bawah ancaman konstan. Di mana rumah-rumah yang dulu terasa hangat, kini menjadi puing-puing reruntuhan. Di mana suara canda tawa bahagia anak-anak, kini telah tergantikan dengan teriakan ketakutan dan jerit tangisan. Kenyataan yang paling menyedihkan adalah meskipun tragedi Badai Al-Aqsa ini telah berlangsung selama setahun penuh sejak konflik terbuka 7 Oktober 2023 (walaupun sebenarnya konflik ini sudah berlangsung sejak zaman dahulu dan merupakan salah satu konflik terpanjang dalam sejarah dunia) hingga kini tak kunjung henti.


Konflik Palestina dan Zionis Israel hingga detik ini masih menjadi isu hangat yang menyita perhatian masyarakat dunia. Namun, dunia Internasional tampak tak berdaya. Pemimpin negeri-negeri muslim yang memiliki kekuatan untuk bertindak seolah-olah memilih diam atau hanya sekadar mengutuk tanpa mengambil tindakan nyata. Di manakah orang-orang yang mengaku sebagai orang yang mempunyai hati nurani itu?


Satu tahun sudah terlewatkan, puluhan ribu nyawa setiap harinya terus melayang. Seolah hidup manusia tak lebih berharga dari sekadar angka. Sementara mata di seluruh penjuru dunia menyaksikan, namun tak mampu berbuat apa-apa. Di mana keberadaan PBB yang berperan penting dalam menjaga perdamaian dan keamanan dunia? Di mana organisasi-organisasi Internasional yang menggaungkan hak asasi manusia? Apakah kalian hanya akan terus melihat kemudian menutup mata terhadap kekejaman ini?


Meski tak bisa dipungkiri, masih ada negeri-negeri yang memiliki memiliki nurani dengan secara vokal terus menyuarakan dukungan dan simpati terhadap penderitaan rakyat Palestina. Mereka mengutuk kekejaman Zionis Israel, namun sayangnya suara mereka hanya bergaung di ruang kosong. Sehingga tindakan nyata tak kunjung tiba. Tangan-tangan yang terulur untuk membantu, kini justru terikat oleh berbagai kebijakan dan kepentingan politik. Atau bahkan ketakutan akan kehilangan sekutu yang nantinya berdampak pada ekonomi dan diplomatik.


Di lain sisi, kita juga disuguhkan dengan negeri-negeri yang tanpa malu berdiri membela Zionis Israel. Mereka tak segan menyuplai berbagai senjata dengan teknologi militer canggih. Ini adalah suatu pelecehan kompas moral umat manusia. Moralitas yang kini diabaikan, kebenaran semakin dibengkokkan, dan kemanusian mengalami kemunduran.


Di tengah dunia yang pura-pura buta, rakyat Palestina tetap terus berjuang untuk mempertahankan hidupnya. Tak peduli apa yang mereka hadapi, kehilangan orang-orang yang mereka cintai, serta dipaksa hidup dalam bayang-bayang yang tidak pasti di antara hidup dan mati. Namun, dengan keteguhan hati mereka tidak pernah menyerah. Dengan harapan bahwa suatu saat nanti, dunia akan benar-benar membuka mata hati, mengambil tindakan nyata dan kontribusi untuk meraih kejayaan hakiki itu pasti terjadi.


Dunia sedang berada di tengah persimpangan sejarah. Pilihan ada di tangan para pemimpin seluruh dunia. Apakah kita akan diam saja dan tetap membiarkan Zionis Israel merajalela tanpa ada konsekuensinya, atau kita akan bersatu untuk melawan kekejaman ini dan membela kemanusiaan? Maka, untuk menghentikan ini sudah saatnya dunia mengambil langkah riil. Sudah saatnya dunia berhenti menutup mata dan pura-pura buta. Sudah saatnya tindakan nyata diambil secara global, bukan hanya retorika saja. Agar bara kekejaman Zionis Israel di Palestina tak lagi menyala dan merajalela.


 Wallahu a'lam bish shawab

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel