KEMANA RAKYAT MELABUHKAN HARAPAN?



Inge Oktavia Nordiani 

Presiden baru Indonesia telah resmi dilantik pada tanggal 20 Oktober 2024 dengan penuh khidmat. Prabowo Subianto seorang purnawirawan TNI berpangkat jenderal. Niat besar yang selama ini diinginkan akhirnya tercapai setelah melewati dua periode kepemimpinan Jokowi di tahun 2014 dan 2019.


Untuk sesuatu hal yang baru tumbuh pula harapan baru untuk sebuah prestasi yang lebih baik. Rakyat selalu merindukan pemimpin yang menyejahterakan, adil dan damai. Namun tidak dapat dipungkiri masa periode sebelumnya bukanlah akhir dari segalanya dan tutup agenda serta membuka lembaran baru melainkan ada pernak-pernik urusan yang harus diselesaikan atau bahkan dilanjutkan di pundak pemimpin yang baru.


Namun kondisi Indonesia yang ditinggalkan oleh presiden sebelumnya cukup kronis sehingga membutuhkan waktu dan upaya yang tidak mudah. Berbagai masalah sebelum selama 10 tahun kepemimpinan Jokowi masih menjadi PR dan belum terselesaikan. Pertama, hutang yang menggunung hingga 8.500 triliun. Di tahun pertama masa jabatan presiden baru, Prabowo Subianto harus membayar bunga hutangnya saja sebesar 552,9 triliun. Kedua masalah pembangunan IKN pun belum sepenuhnya selesai. Proyek yang dijanjikan Jokowi Ini akhirnya dibangun dengan dana APBN. Ketiga masalah korupsi belum tuntas hingga tahun 2023 IPK Indonesia tidak mengalami perubahan atau stagnan diangka 34. Keempat, KKN hasil riset di ICW mengungkapkan sebanyak 354 dari 580 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)periode 2024-2029 merupakan pengusaha atau terafiliasi dengan bisnis sedangkan 30% di antara anggota dewan itu memiliki keterikatan dengan dinasti politik. Kelima, oligarki akankah Prabowo berani memutus mata rantai oligarki di negeri ini. Munculnya berbagai undang-undang yang pro terhadap penguasa seperti undang-undang minerba, undang-undang cipta kerja, undang-undang kesehatan menunjukkan cengkraman kuat para oligarki. Keenam, pertumbuhan ekonomi selama 10 tahun kepemimpinannya realisasi pertumbuhan ekonomi berkisar di angka 5 %. Padahal ambisi Jokowi adalah 7%. Dan masih ada beberapa masalah lainnya.


Prabowo membawa misi  Astacita mirip misi Jokowi dengan Nawa citanya. Banyak kalangan pesimistis. Di sisi lain sistem bernegara di Indonesia oleh beberapa kalangan dianggap sudah rusak akibat ulah Jokowi. Sistem hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hukum dijadikan alat kekuasaan sementara rakyat hanya dijadikan alat legitimasi terhadap kebijakan yang diambil oleh rezim. Semua itu terjadi karena sistem demokrasi memungkinkan hal itu terjadi. Rakyat tidak boleh protes karena mereka secara sukarela telah mau memilih wakil-wakil mereka yang dianggap sebagai representasinya. Banyak fakta menunjukkan justru sistem demokrasi itu menjadi jalan bagi lahirnya otoritarianisme yang dicirikan diantaranya hilangnya supremasi hukum, pemilihan yang dimanipulasi, kritik yang dibungkam dan oposisi yang dihilangkan.


Oleh karena itu tidak cukup tampaknya untuk merubah individu pemimpinnya sebab ternyata sistemnya lah Yang menyebabkan hal itu maka bila sistemnya tetap Maka hasilnya pun bisa diprediksi. Sesungguhnya terdapat jalan lain selain melalui demokrasi yang sudah jelas rusak dan merusak cara lain yaitu melalui jalan umat yaitu mengikuti thoriqoh dakwah Rasulullah 


Dunia saat ini membutuhkan pemimpin yang adil dan sistem yang adil pula. Hal ini hanya bisa terjadi dalam sistem pemerintahan Islam sebagaimana yang dicontohkan oleh Baginda Nabi Saw saat mendirikan negara Islam yang pertama di Madinah. Sistem Islam akan melahirkan pemimpin yang amanah paham tanggung jawabnya. Sebagaimana yang diingatkan oleh Nabi Saw,  "Tidaklah seorang hamba yang Allah beri wewenang untuk mengatur rakyat mati pada hari dia mati sementara dia dalam kondisi menipu rakyatnya melainkan Allah mengharamkan surga bagi dirinya surga (HR Al-bukhari). Ditegaskan pula oleh Imam Al Ghazali rahimahullah, "Agama dan kekuasaan itu ibarat dua saudara kembar.  Karena itu sering dikatakan agama adalah fondasi, sementara kekuasaan adalah penjaganya. Apa saja yang tidak memiliki pondasi akan hancur, apa saja yang tidak memiliki penjaga akan lenyap (Abu Hamid Al Ghazali, Al-iqtishaad fii al-i'tiqaad, 1/78). Jadi hanya pada sistem Islamlah rakyat dapat melabuhkan harapan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel