Hanya Islam yang Mampu Melahirkan Generasi Emas

 


Oleh: Nayla Shofy Arina (Pegiat Literasi)

Indonesia menuju generasi emas 2045, gagasan ini muncul bertepatan dengan satu abad usia Indonesia sejak kemerdekaan 1945. Wacana untuk mempersiapkan generasi muda yang berkualitas, berkompeten dan berdaya saing tinggi tentunya harus dimulai dari sekarang.

Namun apa jadinya jika fakta yang sebenarnya generasi kian mengalami problem yang beragam dan terus menerus meningkat. Masalah tindak asusila, kriminalitas yang bahkan pelakunya mulai dari anak dibawah umur, gaya hidup rusak seperti budaya FOMO, konsumerisme dan hedonisme, masalah gangguan mental yang tidak sedikit berujung pada bunuh diri akibat tekanan sosial, kecanduan teknologi, asupan konten tidak bermutu, masalah biaya Pendidikan serba mahal, pengangguran dan masih banyak lagi problematika lainnya.

Data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Bareskrim Polri, sepanjang tahun ini setiap bulan lebih dari 1000 anak ditetapkan sebagai tersangka kejahatan anak. Sampai Mei 2024 menjadi bulan dengan jumlah terbanyak anak yang ditetapkan sebagai tersangka kasus kejahatan, 1.481 anak. Hingga 12 Juli 2024, jumlah anak dan anak binaan berdasarkan Sistem Database Pemasyarakatan berjumlah 2.153 orang. 

Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Ditjenpas Kemenkumham), jumlah tahanan anak di Indonesia pada 2023 sebanyak 1.475 (Agustus 2023). Ditahun 2022 ada 1530 tahanan anak dan di 2021 tahanan anak berjumlah 1365 orang (scope.sindonews.com/30/9/2024).

Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) melaporkan periode Januari–Agustus 2024 setidaknya polisi menangani 849 kejadian bunuh diri. Ini artinya, satu hari terdapat hampir 4 empat kejadian bunuh diri. Dari data tersebut sebagian besar korban bunuh diri berusia 26-45 tahun (30,9 persen). Sementara bunuh diri yang dilakukan usia 17-25 tahun ditemukan sebanyak 75 kasus atau setara 8,8 persen.  (bbc.com, 10/10/2024).


 *Akar Masalah

Problem yang beraneka ragam dan terus terjadi ini tentu tidak bisa dibiarkan, solusi yang ditawarkan pun sejatinya belum menyentuh pada akar persoalan. Jika tidak segera ditangani, lantas bagaimana bisa generasi emas 2045 terwujud dengan sempurna sedangkan kondisi generasi hari ini kian memburuk. 

Kita harus menyadari bahwa problem yang sistemis ini tentunya berasal dari penerapan sistem Kapitalis-Sekuler. Sistem ini meniscayakan permasalahan pada generasi semakin berlanjut. Bagaimana tidak, sistem dengan konsep ajaran agama harus dipisahkan dari kehidupan ini berhasil menjadikan generasi sampai pada tidak minat lagi memahami dan mempelajari ilmu agama, yang mana agama seharusnya menjadi pelindung dan standar ketika hendak menentukan sesuatu. 

Karena jauh dari agama, mereka sangat rentan menjadi generasi amoral dan menjadi pelaku kriminal. Ditambah lagi arus teknologi serba mudah mengakses apapun serta mereka disibukkan dengan gaya hidup serba bebas dan merusak. Misalnya saja budaya FOMO, menimbulkan rasa kekhawatiran dan ketidakpuasan pada diri sendiri, kecenderungan membandingkan diri dengan orang lain di media sosial yang serba tidak realistis dan manipulatif. 

Kondisi seperti ini membuat mereka mendapat julukan generasi strawberry yang mudah putus asa, malas, manja, rentan, rapuh dalam menghadapi tekanan dalam hidup, serta ketika mendapat masalah maka jalan pintasnya adalah dengan memilih bunuh diri.

Sistem Pendidikan hari ini juga adalah kurikulum yang fokus pada akademik, namun minim persoalan adab dan akhlak.  Ada banyak kasus guru yang dipidanakan oleh orangtua siswa karena tidak terima anaknya dihukum, banyak juga kasus siswa yang minim adab terhadap guru, melawan dengan kata kasar bahkan sampai pada pemukulan karena tidak terima ditegur oleh gurunya.

Out put dari sistem ini juga menjadikan mereka hanya sebagai penggerak roda perekonomian, bekerja untuk meraih materi sebanyak-banyaknya, akhirnya mereka memahami bahwa menuntut ilmu hanya sekedar agar kelak mendapat pekerjaan bukan karena memahami bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban dan ibadah. 


 *Pandangan Islam

Fakta diatas membuktikan bahwa potensi generasi saat ini jelas sengaja di bajak oleh sistem rusak Kapitalis-Sekuler. Maka dari itu, seharusnya ada sistem yang benar-benar sempurna dan mampu memberikan solusi yang jelas dan terarah. Sistem ini tidak lain adalah sistem Islam yang berasal dari Allah swt. 

Sistem Pendidikan dalam Islam memiliki tujuan utama membentuk kepribadian Islami dari pola pikir serta pola sikap Islami. Sebagaimana Rasulullah saw pernah mengajarkan hukum Islam kepada kaum muslim baik dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua, tanpa membedakan latar belakang, laki-laki atau perempuan.  Mendidik setiap generasi, mengajarkan Al-Qur’an dan Sunah sehingga lahirlah generasi yang bukan hanya cerdas keilmuan, tetapi pemahaman yang telah diperoleh mampu diterapkan dalam seluruh aspek kehidupannya dengan standar perbuatan adalah halal atau haram, ridha atau murka Allah swt, pahala atau dosa, karena mereka meyakini bahwa setiap dari apa yang mereka pilih kelak akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah swt di yaumul hisab nanti. 

Allah Swt berfirman, “Inilah jalanku yang lurus (yakni Islam). Oleh karena itu, ikutilah jalan itu dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lain yang bisa mengakibatkan kalian tercerai-berai dari jalan-Nya. Yang demikian Allah perintahkan kepada kalian agar kalian bertakwa.” (QS Al-An’am [6]: 153).

Dengan akidah dan syariat Islam yang sempurna, umat Islam telah melahirkan tokoh-tokoh hebat seperti Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin al-Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan masih banyak lagi.

Peradaban Islam juga telah banyak melahirkan cendekiawan dan ilmuwan yang ahli dalam berbagai bidang. Semisal Al Khawarizmi, seorang ahli matematika, seorang ahli kimia, Jabir Ibnu Hayyan hingga rumusan beliau menjadi dasar ilmuwan Barat di bidang kimia. Bapak kedokteran dunia, Ibnu Sina atau dikenal Avicenna, Ibnu Rusyd, Al-Farabi, dan lainnya sebagai bukti bahwa ulama pada masa peradaban Islam tidak hanya cerdas dalam memahami ilmu agama, namun juga menguasai ilmu umum, sains serta teknologi.

Mereka semuanya telah mengorbankan harta, waktu, tenaga hingga nyawa mereka untuk Allah, Rasul, dan agama-Nya. Semata berharap ridha, ikhlas dari Allah dan terikat sepenuhnya dengan syariat-Nya. 

Dengan pondasi keimanan dan ketakwaan yang begitu kuat maka generasi tidak akan mudah rapuh dan terpengaruh dengan gaya hidup rusak dan tentunya jauh dari problematika generasi sebagaimana hari ini. Sungguh umat sangat merindukan kembali tegaknya sistem Islam.  Wallahu a’lam bisshowab.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel