Ketika Zionis Merajalela dan Dunia Tak Berdaya
Penulis : Ika Kusuma
Invasi darat dan serangan bom oleh tentara Israel terus berlanjut di seluruh Gaza Utara saat pasukan Israel memaksa warga Palestina yang telah kehilangan properti mereka terus berpindah-pindah. Israel telah mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera. Israel terus menyerang dan menghancurkan Gaza sejak serangan lintas perbatasan oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, tahun lalu.
Menurut otoritas kesehatan setempat, hampir 43.000 orang telah tewas sejak pecah perang. Sebagian besar korban itu adalah perempuan dan anak-anak. Selain itu, aksi genosida rezim Zionis itu juga menyebabkan lebih dari 100.000 lainnya terluka.
Seorang pejabat senior urusan bantuan kemanusiaan PBB bahkan meyebut saat ini seluruh Gaza Utara berisiko sekarat setelah aksi blokade dan serangan terus menerus Yahudi terhadap rakyat sipil.
Selain melanggar hukum perang internasional karena terus menjadikan pemukiman sipil serta rumah sakit sebagai target penyerangan,
Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas tindakannya. (republika.id, 27 Oktober 2024).
Tak cukup sampai di situ, Israel terus memperluas serangannya. Diberitakan selain menyerang Iran dalam beberapa jam terakhir, mereka juga menggempur Lebanon. Dikutip dari Al Jazeera (26/10/2024), 88 warga Palestina tewas, 14 diantaranya adalah anak- anak akibat serangan Israel pada 25 /10/2024
Sedangkan di Lebanon tercatat 2634 korban jiwa telah jatuh selama serangan beberapa minggu terakhir. (CNN Indonesia.com, 26/10/2024).
Genosida oleh entitas Yahudi terhadap rakyat Palestina sungguh sudah jauh melampaui batas manusiawi. Setahun lebih kekejaman mereka terus berlangsung meski mendapatkan gelombang protes dari hampir seluruh penjuru dunia, bahkan seruan boikot telah dilakukan pun hampir di seluruh dunia, tak menyurutkan serangan Yahudi yang semakin melebar hingga Iran dan Lebanon. Kenyataan bahwa Palestina butuh lebih dari sekadar empati maupun bantuan berupa bahan makanan dan kesehatan adalah fakta.
Perlu aksi lebih besar lagi dari sekadar gerakan individu untuk membantu saudara kita di Palestina. Ya, peran besar negara yang mempunyai wewenang untuk mengirim bantuan militernya bukan sekadar hujatan teatrikal. Sayangnya, sekat-sekat nasionalisme seolah melumpuhkan negara-negara ini.
Ketidakberdayaan dunia khususnya negeri-negeri muslim bahkan organisasi dunia ini menjadi bukti kegagalan penerapan sistem demokrasi dan kapitalisme-sekularisme dalam mewujudkan kedamaian dan keadilan dunia. Di tengah pencitraan dan terus diharuskannya sistem demokrasi sebagai sistem yang terbaik oleh Barat, harusnya umat sadar jika sistem ini tak lebih dari alat kaum kapitalis untuk menjajah suatu negeri. Kenyataannya di negara yang menerapkan sistem demokrasi, kebebasan berpendapat tak benar-benar ada. Kesejahteraan untuk rakyat nyatanya hanya berupa kedok guna mengeruk keuntungan bagi para kaum kapitalis.
Yang ada sekat-sekat nasionalisme saat ini justru seperti belenggu bagi kaum muslim yang memang sengaja dirancang agar umat Islam di dunia tak lagi bersatu, karena memang musuh terbesar mereka adalah sistem Islam. Jika kita tahu umat muslim bersaudara harusnya penderitaan umat muslim dunia seperti di Palestina, Rohingya, Uigyur juga ikut dirasakan oleh umat muslim di dunia. Namun nyatanya umat dibuat tak berdaya dengan sekat-sekat nasionalisme.
Harusnya ini menjadi pelajaran bagi kita semua jika aturan buatan manusia tak akan pernah bisa menciptakan kedamaian melainkan kehancuran belaka.
Sedangkan sistem Islam kaffah yang selama ini selalu digaungkan mengerikan dan dicap radikal oleh mereka nyatanya telah terbukti sebagai sistem terbaik dalam mengatur umat manusia karena sistem Islam bersifat mutlak dari Allah SWT, bukan buatan manusia yang terbatas akalnya.
Umat muslim bahkan dunia pernah hidup aman berdampingan pada masa ketika sistem Islam kaffah ditegakkan dalam naungan Khilafah.
Maka sudah saatnya umat sadar kerusakan di dunia bersumber pada sistem buatan manusia.
Kaum muslim butuh pelindung dan perisai mereka, yakni Khilafah yang akan membebaskan mereka dari segala bentuk penindasan dan penjajahan. Wallahualam.