Serangan Zionis Semakin Brutal, Umat Kian Butuh Khilafah
Oleh: Hamsina Ummu
Ghaziyah
Zionis Isr4el nampaknya semakin
unjuk gigi setelah menyerang Palestina dan membunuh setidaknya kurang lebih
dari 41.459 jiwa warga sipil. Kini, Isr4el melakukan serangan brutalnya
kenegara Libanon dengan menyasar Hizbullah yang merupakan partai politik dan
kelompok paramiliter Libanon yang didukung Iran. Diketahui, jumlah korban
akibat serangan Isr4el di Libanon Selatan sejak Senin (23/9) terus bertambah.
Kementerian Kesehatan Libanon mengklaim hampir 800 orang tewas dalam serangan
yang diklaim sebagai serangan paling mematikan sejak akhir perang saudara pada
tahun 1990.
Dilansir dari
BBC.com,23/9/2024, hingga Jum'at (27/9) kedua belah pihak baik dari Isr4el dan
kelompok milisi di Libanon, Hizbullah tetap bersikeras akan melanjutkan
melakukan serangan satu sama lain. Sementara itu, ribuan keluarga telah
meninggalkan rumah mereka di Libanon Selatan dengan banyak keluarga memenuhi
jalanan dan terlibat kemacetan di Beirut. PBB melaporkan lebih dari 30.000
orang meninggalkan Libanon menuju Suriah selama tiga hari terakhir hingga
Jum'at (27/9). Diketahui sebagian besar sekitar 80% warga yang meninggalkan
Libanon Selatan adalah warga Suriah dan sisanya adalah warga Libanon.
Perang regional antara Isr4el
dan Libanon hingga kini masih berlanjut. Saling serang antar kedua negara ini
bisa saja dapat memicu konflik yang lebih besar dan berbahaya yang
mengakibatkan aliansi Isr4el dan Hizbullah dapat menarik negara lain untuk
terseret dalam konflik tersebut. Invasi yang dilakukan oleh Isr4el sebenarnya
bukanlah kali pertama saat serangan yang dilakukan terhadap Libanon sejak 16
September 2024. Invasi pertama Isr4el terhadap Libanon sudah terjadi pada tahun
1948.
Klaim Isr4el atas serangan
terhadap Hizbullah adalah ingin memulangkan warganya yang mengungsi di wilayah
Utara (perbatasan dengan Libanon). Namun serangan Isr4el terhadap Libanon juga
diperkuat atas dukungan Hizbullah terhadap Palestina. Pada tanggal 7 Oktober
2023, Isr4el secara brutal menyerang Palestina namun Hizbullah membalas dengan
melakukan penyerangan ke perbatasan Libanon dan Isr4el.
Dalam konflik ini pula, tentu
tak bisa dipungkiri adanya keterlibatan Amerika Serikat sebagai sekutu Isr4el
dalam memberikan dukungan dan bantuan terhadap Isr4el. Bahkan secara
terang-terangan, Amerika Serikat mengumumkan untuk mengerahkan pasukan tambahan
didaerah konflik tersebut untuk membantu Isr4el.
Fakta di atas menunjukkan bahwa
arogansi zionis Isr4el terhadap wilayah kaum muslim yang terjajah semakin kuat.
Hal ini juga karena diamnya para pemimpin negeri muslim sehingga serangan
zionis Isr4el semakin masif dan merajalela. Maka, untuk mengakhiri perang Isr4el
dan Libanon maupun Palestina tidak mungkin berharap terhadap negeri-negeri
muslim apalagi terhadap milisi di Libanon. Belum lagi adanya sekat-sekat
nasionalisme yang mencerai-beraikan kaum muslim sehingga membuat persatuan kaum
muslim terkoyak-koyak.
Sementara PBB sebagai lembaga
internasional dan penguasa muslim diberbagai belahan bumi hanya mampu
beretorika, mengecam dan mengutuk. Padahal, penguasa muslim seperti Turki,
Arab, Mesir, dan lainnya memiliki tentara dan persenjataan banyak yang mampu
meredam aksi brutal zionis Isr4el. Namun sayang, negeri-negeri muslim ini
seolah takut dan tunduk terhadap keberadaan Amerika Serikat sengan asumsi bahwa
andai mereka melakukan serangan terhadap Isr4el, maka Amerika Serikat akan
melakukan invasi ke negeri tersebut. Mungkin saja ini yang membuat ketakutan
penguasa muslim untuk meredam brutalnya zionis Isr4el. Padahal, jika seluruh
penguasa muslim ini bersatu mengirimkan pasukan dengan persenjataan lengkap
untuk memusnahkan Isr4el maka sekutunya pun tidak akan berkutik.
Oleh karena itu, penyelesaian
atas kebrutalan zionis Isr4el ini hanyalah dengan Khilafah yang dipimpin oleh
seorang Khalifah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.,
"Imam (Khalifah) itu ia
laksana perisai; kaum muslim diperangi (oleh kaum kafir) dibelakang dia dan
dilindungi oleh dirinya." ( HR Muslim)
Apa yang disabdakan oleh
Rasulullah saw. di atas dibuktikan dalam sejarah tatkala Khalifah Al Mu'tashin
menolong seorang wanita mulia keturunan Fathimah ra. yang disiksa dan
dinistakan oleh seorang raja Romawi di Amuriyah. Saat Khalifah Al Mu'tashin
mendengar wanita mulia tersebut menjerit meminta pertolongan, tanpa berpikir
lama Khalifah Al Mu'tashin kemudian bangkit dari tempat tidurnya dan
mengerahkan dan sekaligus memimpin puluhan ribu pasukan kaum muslim menuju Kota
Amuriyah. Terjadilah perang sengit antara pasukan kaum muslimin dan pasukan
Romawi. Alhasil, Kota Amuriyah pun berhasil ditaklukkan. Pasukan Romawi berhasil
dilumpuhkan, dan wanita mulia tersebut berhasil dibebaskan oleh Khalifah Al
Mu'tashin.
Demikianlah yang seharusnya
dilakukan oleh seluruh penguasa muslim di seluruh negeri-negeri Islam, yakni
mengerahkan seluruh pasukannya untuk menghentikan kebrutalan zionis Isr4el dan
membebaskan Palestina dari jajahan zionis Isr4el. Muslim Palestina sejatinya
membutuhkan kehadiran pasukan muslimin untuk melawan penjajah zionis Isr4el.
Kehadiran tentara muslim hanya akan terwujud ketika mereka memiliki kesadaran
akan tanggung jawab tidak hanya untuk membela muslim Palestina, tetapi
juga muslim Rohingya, muslim Afrika, muslim Afganistan, muslim India, dan
muslim lainnya yang saat ini masih dalam penjajahan kaum kafir.
Adapaun membangun kesadaran
umat saat ini adalah dengan terus menyuarakan dan mendakwahkan khilafah sebagai
solusi jangka panjang untuk membebaskan ketertindasan kaum muslim atas
penjajahan kaum kafir. Sebab, hanya Khilafah yang akan menyatukan seluruh kaum
muslim serta melindungi dan menjaga kemuliaan dan kehormatan kaum muslim
yang tertindas. Semoga Khilafah yang dijanjikan oleh Allah Swt. dan bisyarah
Rasulullah saw. akan segera terwujud sebagai solusi untuk membebaskan kaum
muslim dari penjajahan kaum kafir.
Wallahu A'lam Bishshowab