KESEHATAN HANYA MERATA DALAM KEPEMIMPINAN ISLAM
Oleh: Dhiyaul Haq (Aktivis Muslimah Malang Raya)
Problem Kesehatan di negara ini masih banyak mulai dari berbiaya mahal cenderung komersialisasi, sehingga alih-alih mendapat layanan terbaik, tidak semua warga negara bisa mengakses layanan Kesehatan.
Program Jaminan Kesehatan Nasional atau JKN menghadapi risiko beban jaminan kesehatan yang lebih tinggi dari penerimaannya. Muncul saran agar iuran naik, tetapi berdasarkan perhitungan terbaru, iuran BPJS naik hingga 10% pun tidak cukup dan masih berpotensi menyebabkan defisit dana jaminan sosial. Kepala Humas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Rizzky Anugerah menjelaskan rasio beban jaminan kesehatan terhadap penerimaan iuran JKN sampai Oktober 2024 telah mencapai 109,62%, yang berarti beban yang dibayarkan lebih tinggi dari iuran yang didapat. BPJS Kesehatan mencatat penerimaan iuran sebesar Rp133,45 triliun, sedangkan beban jaminan kesehatan sebesar Rp146,28 triliun. (Bisnis.com)
Di lain sisi fasilitas dan nakes pun tidak merata. Seperti yang terjadi di Kalteng kekurangan dokter karena hanya berjumlah 800 dokter.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Suyuti Syamsul, menegaskan kebutuhan dokter saat ini masih banyak. Lantaran apabila mengikuti rasio baru, setiap seribu penduduk, memerlukan satu orang dokter.
"Lulusan dari Fakultas Kedokteran di Universitas Palangka Raya, rata-rata dalam satu tahun sebanyak 50 atau paling banyak misalnya 100 orang, itu artinya Kalteng membutuhkan 18 tahun lagi untuk bisa mencapai jumlah dokter sesuai dengan angka ideal tersebut," ujarnya, Selasa (1/10/2024).
"Permasalahan tidak meratanya penyebaran tenaga kesehatan ini merupakan masalah yang tidak pernah terselesaikan hingga saat ini karena kebanyakan terkonsentrasi hanya di perkotaan. Oleh karena itu hal ini juga harus mendapat perhatian serius dari pemerintah provinsi," katanya.
Selain jumlah tenaga kesehatan sangat terbatas, pemerataan tenaga kesehatan masih menjadi kendala yang terjadi, terutama bagi warga membutuhkan akses kesehatan yang tinggal di wilayah pelosok.
*PANDANGAN ISLAM MENYELESAIKAN KRISIS KESEHATAN*
Masalah yang kompleks membutuhkan solusi yang solutif agar keluar dari semua permasalahan, khususnya dalam bidang kesehatan. solusi yang solutif terlahir dari aqidah yang benar yaitu Islam. Sehingga permasalahan apapun yang dihadapi hendaknya dikembalikan pada al-Quran dan as-Sunnah.
Pada masa Sultan Mahmud Saljuqi yang memerintah tahun 511 sampai 525 Hijriah, ruma sakit berkembang. Di Cordova saja terdapat lebih dari 50 Rumah Sakit berdiri. Sumbangsih peradaban Islam mengenai pelayanan kesehatan begitu besar. Sebagai salah satu bukti, rumah sakit yang pertama kali dibangun di dunia adalah oleh orang muslim. Pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit yang dalam bahasa Persia disebut Bymaristan ini menjadi garda depan di saat bangsa-bangsa Barat sedang dalam masa keterpurukan.
Dr. Raghib As-Sirjani dalam buku “al-Qishshah al-Thibbiyyah fî al-Hadhârah al-Islâmiyyah” (2009: 77-82) menyebutkan data sangat penting terkait masalah ini. Rumah Sakit Islam pertama kali dibangun sejak abad pertama Hijriah di masa Kekhilafaan Umawiyah. Tepatnya, pada masa kepemimpinan Walid bin Abdul Malik (86-96 H). Lembaga ini menangani pelayanan orang yang sakit kusta.
Pada masa kejayaan Islam, pelayanan kesehatan diberikan secara gratis dan tidak dibebankan kepada rakyat baik statusnya sebagai muslim maupun non muslim (kafir dzimmi). Islam mewajibkan kepada pemimpin untuk menjamin kebutuhan rakyatnya, karena pemimpin adalah pelayan bagi rakyatnya bukan sebagai pekerja yang digaji oleh rakyat layaknya kapitalisme saat ini.
كلكم راء وكل راء مسئول عن رعيته
”Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan tiap-tiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya.”
Pemimpin di dalam islam mempunyai tanggung jawaban yang besar kepada rakyatnya, terlebih lagi kepada Allah swt. Allah akan menghisab atas apa saja yang dilakukan kepada rakyatnya. Saatnya mengambil Islam sebagai solusi yang diterapkan di dalam semua aspek kehidupan secara kaffah dan mencampakkan sistem Demokrasi-Kapitalisme yang menyengsarakan rakyat.
Wallahu a’lam bi ash shawab