Menjadikan Kelaparan Sebagai Alat Genosida: Bukti Zionis Lemah dan Pengecut
Oleh : Pambayun
Genosida Keji dengan Metode Kelaparan
Blokade terhadap Jalur Gaza yang dilakukan oleh Israel sejak Maret 2025 telah mengakibatkan krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lebih dari dua bulan, warga Gaza—yang mayoritas adalah Muslim—dibiarkan kelaparan, tanpa akses terhadap makanan, air bersih, obat-obatan, maupun bantuan kemanusiaan. Keadaan ini bahkan dikategorikan oleh Komite Khusus PBB sebagai penggunaan “senjata kelaparan” untuk menundukkan sebuah populasi.
PBB memperingatkan dunia bahwa apa yang terjadi saat ini bisa menjadi "Nakba kedua", merujuk pada tragedi 1948 ketika ratusan ribu warga Palestina terusir dari tanah mereka. Kali ini, rakyat Palestina kembali menjadi korban kebijakan penjajahan dan kolonialisme yang brutal, termasuk pemaksaan kelaparan, penyiksaan, dan kekerasan seksual sistematis.
Bukti Ketidaksatriaan dan Pengecutnya Israel
Tindakan Zionis Israel yang memblokade truk-truk bantuan yang hanya berjarak beberapa kilometer dari perbatasan menunjukkan betapa pengecut dan tidak kesatrianya cara mereka berperang. Alih-alih berhadapan secara terbuka, mereka memilih untuk membunuh secara perlahan melalui kelaparan. Dalam dunia modern, ini adalah bentuk kejahatan perang paling biadab, dan merupakan bukti bahwa Israel tak punya keberanian untuk bertarung secara adil.
Hingga kini, lebih dari 53.000 warga Palestina dilaporkan meninggal dunia akibat serangan Israel, sementara lebih dari 120.000 lainnya terluka. Banyak korban masih tertimbun reruntuhan tanpa pertolongan. Sementara itu, rumah-rumah sakit kolaps karena kekurangan suplai medis, menjadikan Gaza sebagai zona kematian terbuka.
Dunia Diam, Pemimpin Muslim Membisu
Lebih menyayat hati adalah kenyataan bahwa di tengah jeritan penderitaan rakyat Gaza, dunia memilih untuk diam. Lebih tragis lagi, para pemimpin di negeri-negeri Muslim belum mengambil langkah konkret untuk mengusir penjajah dari tanah suci umat Islam tersebut. Seruan jihad dan solidaritas yang menggema dari rakyat tak mampu menggoyahkan ketakutan dan ketundukan para penguasa kepada tekanan politik global.
Padahal sejarah mencatat bagaimana Khalifah Mu’tasim Billah pernah mengirim pasukan hanya karena seorang muslimah dilecehkan di Amuriyah. Namun hari ini, ketika ribuan muslimah diperkosa, anak-anak di bom, dan seluruh bangsa dibunuh perlahan, para pemimpin umat malah membiarkannya.
Khilafah: Satu-Satunya Pelindung Umat
Kondisi menyedihkan ini mustahil terjadi jika umat Islam memiliki pelindung sejati, yaitu negara Khilafah Islamiyah. Dalam sistem Khilafah, negara bukan hanya pelayan rakyat, tapi juga perisai (junnah) yang melindungi darah, kehormatan, dan akidah umat dari segala bentuk penjajahan. Khilafah tidak akan diam melihat penderitaan umat Islam, karena ia berlandaskan pada syariat Allah dan memiliki visi global dalam menyebarkan keadilan.
Sudah saatnya umat Islam menyadari bahwa solusi atas seluruh penderitaan ini adalah dengan menegakkan kembali Khilafah Islamiyah. Perjuangan ini telah dimulai oleh partai Islam ideologis yang konsisten membangun kesadaran umat dan memperjuangkan tegaknya aturan Allah secara kaffah.
Umat harus membuka mata, bahwa satu-satunya jalan keluar dari krisis kemanusiaan, genosida, dan kezaliman global adalah dengan kembali kepada Islam kaffah, bukan dengan diplomasi kosong atau perjanjian yang selalu dikhianati. Saatnya bersatu dalam satu barisan perjuangan menuju tegaknya Khilafah yang akan membebaskan Palestina dan seluruh dunia Islam dari cengkeraman penjajahan.