Pemimpin itu melayani dan tidak membiarkan rakyat terzalimi



Oleh: Dina Ratna Komala


Akhir-akhir ini kezaliman oligarki semakin terkuak, banyak rakyat kecil yang menjadi korbannya. Contohnya di sektor tambang, yang merupakan salah satu sumber daya strategis negeri ini. Alih-alih dikelola demi kepentingan rakyat, tambang justru dikuasai oleh segelintir elit oligarki. Mereka mengeruk keuntungan besar-besaran dan sebaliknya, masyarakat sekitar tambang hanya mendapat dampak negatif seperti pencemaran lingkungan, kerusakan ekosistem dan konflik agraria yang tak kunjung usai. 

Selain itu ada juga kasus pemagaran laut dan perampasan hak publik Laut yang harusnya menjadi milik bersama dan bisa diakses oleh setiap orang, kini hanya dikuasai oleh pihak tertentu untuk kepentingan bisnis mereka. 

Sungguh ironi, disini negara seolah membiarkan kezaliman terus terjadi karena seolah berpihak pada kepentingan para oligarki tersebut alih-alih pada rakyatnya sendiri.

Negara bahkan menjadi pelaku kezaliman itu sendiri, contoh kasusnya adalah kebijakan terkait larangan menjual gas LPG 3 kg langsung ke pengecer yang memicu gejolak di masyarakat. Banyak warga protes dan merasa kesulitan atas kebijakan ini, walaupun pada akhirnya kebijakan ini dibatalkan oleh pemerintah. Namun tetap menunjukan ketidak pekaan pemerintah terhadap kemaslahatan rakyat.

Pada hakikatnya dalam Islam pemimpin itu pengurus dan pelayan rakyat. Pemimpin harus melakukan pengurusan terhadap rakyat (ri'ayah) yaitu dengan menjalankan hukum hukum syariah dan mengutamakan kemaslahatan dan kepentingan rakyat. Pemimpin yang amanah akan menunaikan tugas ri'ayah yakni dengan memelihara semua urusan rakyatnya dengan menjamin kebutuhan segala aspek kebutuhan rakyat.

Rasulullah SAW banyak memperingatkan pemimpin yang tidak amanah/khianat dan dzalim. Mereka adalah pemimpin yang jahat (HR Tirmidzi), pemimpin bodoh (HR ahmad), penguasa al-hutamah (HR muslim) dan penguasa yang menipu (ghasyin) (HR Bukhari dan Muslim).

Tanggung jawab pemimpin itu berkaitan dengan sifat yang wajib ada pada dirinya, diantaranya adalah sifat kuat, kuat disini bukan kuat secara fisik, meski itu pun harus dimiliki pemimpin untuk menunaikan tugasnya, tapi bermakna kuat sakhshiyah (kepribadian), aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (sikap). Selain itu harus diiringi juga dengan sifat takwa dan kontrol diri yang kuat, lembut terhadap rakyat. Pemimpin harus mampu menggembirakan rakyat bukan malah membawa kesedihan dan membuat mereka menderita serta harus memudahkan urusan rakyatnya bukan malah mempersulit hidup mereka.

Itulah gambaran tanggung jawab pemimpin terhadap rakyatnya yang ditentukan oleh Islam. Semua itu bisa terwujud apabila sistem pemerintahan Islam diterapkan. Pemimpin yang baik harus ada dalam sistem pemerintahan yang baik yang bersumber dari zat Yang Maha baik yaitu Allah SWT. Itulah sistem yang diamanahkan Rasulullah SAW kepada kaum muslim sepeninggal beliau yakni Khilafah 'alaa minhaaj an-nubuwwah.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel