Nasionalisme dan negara bangsa menghalangi perjuangan membebaskan Palestina
Oleh : Rumiati STr. Keb (Aktivis Muslimah)
Pada 15 Juni 2025, sejumlah 2.500 aktivis dari 50 negara, termasuk dari Indonesia melakukan aksi Global March To Gaza. Massa melakukan pawai dengan berjalan kaki sejauh 50 km mulai dari El-Arish, mesir menuju perbatasan Rafah yang menjadi pintu masuk ke wilayah gaza. (Antara news)
Hal ini menunjukkan besar nya Ghirah (semangat) umat untuk membela palestina, masyarakat bergerak atas kesadaran individu bukan dorongan dari negara.
Aksi ini merupakan upaya masyarakat menghentikan tindakan Zionis Yahudi, termasuk menghentikan blokade bantuan pangan ke palestina.
Mirisnya Pemerintahan Mesir menahan ratusan aktivis yang berencana mengikuti aksi dengan alasan tidak mengantongi izin yang sudah di tetapkan.
Penyelanggara Global March To Gaza mengabarkan ada 170 peserta di tahan saat berada di kairo, ia mengaku sudah mengikuti protokol yang ditetapkan pemerintah mesir. Mesir juga mengirim sejumlah preman untuk menyerang peserta dan membubarkan aksi. (kompas.com)
Inilah wujud dari negara yang sudah di belenggu oleh ikatan Nasionalisme, Penguasa negeri-negeri Muslim tidak tergerak untuk mengerahkan segala kekuatan yang dimilikinya untuk menolong umat Muslim di Palestina.
Negeri-negeri muslim selama ini bungkam, hanya mengirim kecaman tanpa aksi nyata. Di sisi lain mereka bergandeng tangan dengan AS yang notabene AS tuan bagi Zionis Yahudi. Bahkan mereka berinvestasi triliunan dolar ke AS padahal trump berencana me-relokasi penduduk Gaza dan menjadikan tanah mi'raj itu sebagai tempat maksiat. Mereka juga menuruti perintah AS menandatangani Abraham accords yang bermakna mengakui kedaulatan zionis di tanah Palestina dan menormalisasi hubungan dengan penjajah.
Nasionalisme telah menutup hati nurani penguasa negeri-negeri Muslim muslim. Sehingga mereka mati rasa melihat muslim Palestina berlumuran darah hingga mati kelaparan. Tidak ada rasa kasihan sebagai sesama muslim padahal rasa kasihan itu merupakan fitrah yang Allah berikan tiap manusia sebagai wujud dari garizah na'u yaitu naluri kasih sayang. Orang kafir saja memiliki rasa kasihan melihat penderitaan yang di alami warga palestina sehingga mereka menyerukan pembebasan Palestina. Namun, penguasa negeri-negeri muslim tidak memiliki rasa kasihan pada warga Palestina.
Akibat belenggu nasionalisme, Tidak ada satupun negeri muslim yang melawan zionis Yahudi dengan kekuatan militer walaupun umat sudah menyampaikan seruan jihad. Jihad membutuhkan kekuatan militer, persiapan senjata lengkap yang hanya bisa di lakukan oleh negara. Tidak bisa terwujud tanpa ada komando dari negara. Bentuk negara sekarang yang berwujud nation state tidak mungkin menyerukan Jihad, justru mereka bergandengan tangan dengan penjajah Yahudi.
Inilah buah dari penerapan sistem sekuler kapitalisme, yang mengukur standar perbuatan berdasarkan materi semata. Kedzoliman yang dialami warga gaza tidak menggerakkan hati mereka.
Palestina butuh dibebaskan dengan jihad dalam bingkai negara khilafah. Membebaskan Palestina bukan sebatas alasan kemanusiaan semata tetapi karena dorongan akidah. Urusan Palestina adalah urusan dunia, urusan semua umat muslim di dunia. Rasulullah Saw bersabda "Seorang muslim itu saudara bagi muslim lain, tidak mendzolimi dan tidak membiarkan di zholimi" (HR. Muslim)
Umat muslim harus berjuang menegakkan khilafah dengan dakwah yang di contohkan Oleh Rasulullah Saw. Dakwah secara berjamaah sebagaimana dalam QS Ali Imran ayat 104 "Hendaklah ada segolongan umat yang menyeru pada kebajikan, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung"
Wallahu'alam bissawab