Ngopi Ideologis

 



Oleh: Finis


Saatnya kumpul bareng muslimah peduli umat sambil menyeruput kopi hitam di Coffe pinggiran kota. Suasana tenang menyelimuti rindangnya pepohonan di antara tempat duduk yang terkesan antik tapi cukup sedap dipandang.

Suasana cukup hangat meski suasana terasa sejuk.Canda tawa mereka menampakkan ikatan yang solid antara sesama mereka.Ngobrol bebas dibarengi candaan tapi penuh makna.Tak peduli di pojok Coffe suara riuh berkaraoke.Alhamdulillah tidak terlalu keras. Hingga terasa santai tanpa ngotot keluarkan suara.

Curahan rasa yang lahir dari penginderaan terhadap fakta, menjadikan pribadi-pribadi mereka unik dan istimewa. Jiwa muda mereka bukan lagi galau dan tak pasti. Tapi langkah mereka pasti, menatap jauh ke depan. Berusaha menyusuri jalan yang penuh liku, melangkah setapak demi setapak, dan hanya berharap menggapai ridho-Nya.

Secangkir kopi hitam yang perlahan menghangat ditemani pisang goreng serta stik kentang, menjadikan kumpul-kumpul kali ini semakin betah berlama-lama.

Melihat fakta yang terjadi saat ini, si Lita yang selalu tampak geregetan, si Namina yang suka jengkel dan pingin marah, si Emil yang selalu sabar, si Naning yang selalu tampak bijak dalam menghadapi fakta yang ada,dan si Mei yang paling pinter kasih solusi Islamnya. Yang lain sering diam dan hanya membenarkan.Pribadi-prihadi yang khas, tentunya tidak individualis.Mereka peka dan kritis terhadap kondisi yang dihadapi oleh umat. Bukan sosok generasi yang cuek bebek, suka galau dan mudah terbawa arus.

Mereka bukanlah pengangguran yang tanpa aktivitas. Mereka memiliki status bermacam-macam. Ada  yang sebagai calon mahasiswa, ada yang sebagai pengajar, wiraswasta, mahasiswa bahkan ibu muda.

Setumpuk tanggung-jawab untuk wujudkan masa depannya di dunia. Tetapi mereka tidak pernah mengabaikan masa depannya di akhirat kelak. Mereka beraktivitas sesuai tuntutan syariat. Selalu mengerjakan kebaikan-kebaikan demi menggapai nilai pahala untuk bekal di akhirat kelak. Mereka tidak tertutup. Bahkan mereka selalu bera'mar makruf nahi munkar kepada siapapun demi mewujudkan persatuan umat.

Bukannya tidak ada halangan dan rintangan bagi mereka untuk berhijrah. Tetapi mereka  merutinkan diri memahami ilmu-ilmu Islam, sehingga halangan dan rintangan itu mampu dilalui, meski terasa berat. Mereka para generasi yang selalu mencoba untuk tetap sabar dan ikhlas. Meski sekali-sekali godaan itu menggiringnya kepada masa lalu. Berhijrah menuju Islam kaffah memang berat, tetapi lebih berat lagi ketika kita tetap berada di sistem yang rusak saat ini dan kita tetap menikmatinya. Naudzubillah.

Seiring berlalunya sang waktu, mentari masih malu-malu menampakkan sinarnya. Sehingga suasana sejuk masih saja mewarnai bincang-bincang santai tetapi penuh makna. Mereka  mewajibkan diri mengkaji dan memahami Islam secara rutin. Namun canda tawa mereka tetap terpancar saat berkumpul bersama. Berharap selalu bersama belajar Islam, bermain juga bersama. Dan semoga kelak mereka bersama-sama menuju surga-Nya.

Secangkir kopi pun telah usai dan sederet makanan di atas meja pun tak tampak lagi. Saatnya mereka beranjak tinggalkan tempat yang memberi suasana  nyaman dan santai di antara mereka.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel