Two-State Solution: Jalan Damai Palsu, Legitimasi Penjajahan Nyata


Oleh: Sarah Fauziah Hartono


Telah terlontar statement yang membuat banyak pihak, khususnya muslim Indonesia, yaitu kesiapan Indonesia untuk mengakui Israel sebagai negara yang memiliki hak berdaulat dan jaminan keamanan. Meskipun ada syarat yang menyertainya, yaitu jika Israel memberikan kemerdekaan bagi Palestina, maka pengakuan dan hubungan diplomatik Indonesia dan Israel akan terwujud, pernyataan Presiden Prabowo ini mengundang kontroversi. (cnnindonesia.com, 30/05/2025)


Jelas saja, karena pernyataan yang bertolak belakang dengan ketegasan presiden-presiden Indonesia sebelumnya, yaitu Joko Widodo, SBY, bahkan ayah dan anak Presiden Ir. Soekarno dan Megawati Soekarnoputri secara tegas menolak adanya hubungan diplomatik Indonesia dengan penjajah kejam Israel. (cnnindonesia.com, 30/05/2025)

Tetapi dengan lantangnya Presiden Indonesia ke-8 ini, menyatakan akan memberikan pengakuan, jaminan keamanan, dan mengadakan hubungan diplomatik dengan zionis. Ia berkata bahwa Israel punya hak yang sama untuk memiliki keamanan seperti halnya Palestina. (cnnindonesia.com, 30/05/2025)

Terdapat beberapa tokoh yang mendukung normalisasi dengan Israel tersebut, seperti Gus Yahya yang menyatakan bahwa statement Prabowo ini sejalan dengan garis perjuangan NU. 

Menurutnya, adalah sebuah prioritas utama untuk menghentikan kekerasan yang terjadi di Palestina. Perlu menyelamatkan ribuan nyawa dari anak-anak, wanita, para lansia dari kejamnya perang. Sehingga, Ia setuju dengan istilah “two-state solution” yang disebut Prabowo sebagai satu-satunya jalan kemerdekaan Palestina. (detik.com, 31/05/2025)

Bahasan tersebut hadir dalam pertemuan kenegaraan Indonesia dan Prancis selama tiga hari. Macron membahas kehendaknya untuk mendukung isu perdamaian di Palestina. Macron menegaskan keinginannya untuk membantu kemerdekaan Palestina serta menghamuni serangan-serangan dan blokade Israel terhadap Palestina. (detik.com, 31/05/2025)

Meskipun demikian, Macron juga mengutuk adanya serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2024 silam. Menurutnya, Israel melancarkan serangan-serangan dan blokade atas dasar bela diri dari kejadian 7 Oktober tersebut. (detik.com, 31/05/2025)

Padahal, penyerangan Israel, blokade yang dilakukannya terhadap Gaza-Palestina sudah lebih lama dari itu. Sudah berlangsung lebih dari 70 tahun lamanya, kekerasan, blokade, dan penghinaan yang diberikan Israel terhadap Gaza. Bukan hanya para pejuang, warga sipil, wanita, anak, lansia, pihak jurnalis, dan para medis yang seharusnya tidak menjadi sasaran pun terkena menjadi target sasaran penyerangan Zionis (AlWa’ie, edisi Mei 2025).

Jadi, apakah layak kemerdekaan Palestina ditukar dengan pengakuan terhadap Israel, Penjajah yang jelas-jelas melakukan perusakan, penyerangan brutal, tidak beradab itu? Jangan tutup mata dunia. Sudah jelas-jelas, hal tersebut tidaklah adil bagi Palestina.

Satu-satunya jalan kemerdekaan dan kedamaian bagi Palestina bukanlah “Two-state solution” yang akan mengakui kemerdekaan Zionis, melainkan adanya bantuan tentara kaum muslim yang diseru oleh pemimpin negara Islam Kaffah, yaitu Khalifah dari Negara Islam. 

Hanya itu satu-satunya solusi bagi Palestina, dan seluruh umat manusia. Statement  “Two-state solution” itu merupakan bentuk pengkhianatan terhadap perjuangan rakyat Gaza, bahkan mengkhianati perjuangan para penakluk di masa khalifah Umar, pasukan Sultan salahuddin, korban Nakba, intifada dan martir taufan al Aqsa.

Dalih bahwa pernyataan Presiden ke-8 Indonesia itu harus dipandang sebagai batu loncatan diplomatik untuk menekan Zionis agar mau mendengar suara kita, hanyalah harapan palsu belaka. Jangankan suara kita, selama ini kebijakan dan saran dari PBB pun tidak ada yang mereka dengar. Justru pernyataan tersebut merupakan hal buruk karena terlihat bahwa Indonesia yang merupakan negara dengan muslim terbesar justru membuka celah normalisasi dengan pihak pembantai muslim Gaza. 

Memang betul bahwa kita semua ingin agar genosida segera dihentikan dan Palestina segera bisa mengenyam kemerdekaannya. Tapi bukan berarti harus dengan cara seperti tukar guling kemerdekaan. Itu jelas merupakan sebuah pengkhianatan, karena Zionis terbukti tidak pernah punya niat baik. 

Satu-satunya solusi mengusir penjajah adalah jihad semesta di bawah komando Khilafah. Justru yang harus dilakukan adalah lebih serius, sungguh-sungguh dan konsisten memperjuangkan tegaknya Khilafah melalui thariqah yang mengikuti metode perjuangan Rasulullah saw.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel