Gaza Kian Mencekam, Urgensi Khilafah Kian Mendesak

 


Oleh : Ayik Munandar Sari


Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Eropa dan kelompok-kelompok hak asasi media mengecam serangan Israel di Gaza yang menewaskan lima jurnalis Al Jazeera. Serangan itu terjadi pada Minggu (10/8/2025) dan menewaskan koresponden senior Al Sharif bersama empat rekannya. Pembunuhan jurnalis menambah daftar panjang kekejian Zionis Israel dan ini bukan kali pertama Zionis Israel melakukan penyerangan terhadap jurnalis, tercatat sebanyak 242 jurnalis Palestina tewas di Gaza sejak perang dimulai pada bulan Oktober 2024 lalu.

Tak hanya disitu kekejaman serangan Zionis Israel makin brutal, satu juta perempuan dan anak perempuan menghadapi kelaparan massal, kekerasan, dan pelecehan di Gaza. Dampak dari ditutupnya blockade di Gaza yang mengakibatkan bantuan kemanusiaan tak bisa menembus blockade tersebut. Kantor Hak Asasi Manusia PBB menyatakan bahwa antara 27 Mei hingga 13 Agustus, setidaknya 1.760 warga Palestina dilaporkan tewas saat mencari bantuan di Gaza. Dari jumlah tersebut, 994 orang tewas di sekitar lokasi-lokasi militerisasi non-PBB, dan 766 lainnya tewas di sepanjang rute konvoi bantuan.

Inilah wajah asli Zionis Israel. Pembunuhan jurnalis hakikatnya untuk membungkam media agar tidak menyiarkan kejahatan genosida di Gaza. Tak hanya menghilangkan nyawa jurnalis tapi juga membunuh nyawa perjuangan rakyat Gaza hingga kejahatan yang mereka lakukan sunyi senyap. Apa yang dilakukan Israel sangat brutal dan tak peduli dengan hukum apapun. Perilaku ini menunjukkan ketidakmampuan mereka mengalahkan perjuangan rakyat Gaza secara kesatria selama ini.

Selain itu usulan relokasi warga Gaza menjadi salah satu tipu muslihat Zionis Israel. Dengan dalih ‘kemanan’ mengevakuasi warga sipil ke zona aman sebelum operasi militer diluncurkan. Padahal sejatinya tidak ada tempat yang benar-benar aman di Jalur Gaza selama penjajahan itu dilakukan. Relokasi tersebut dilakukan agar mereka bisa dengan mudahnya menduduki Palestina. 

Hal ini serupa dengan apa yang terjadi beberapa waktu lalu, para tentara Zionis Israel menembaki warga sipil yang saat itu berbondong bondong mengambil bantuan makanan. Tentara zionis berdalih beroperasi untuk melumpuhkan kemampuan militer Hamas dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mengurangi kerugian warga sipil, padahal tempat pengambilan bantuan tersebut adalah safety zone.

Penderitaan masyarakat Gaza tak kunjung selesai, sementara itu penguasa di negeri-negeri muslim masih tetap diam. Alih-alih mengirimkan pasukan tentara untuk menghentikan penjajahan zionis israel, para pemimpin negeri muslim malah makin erat ‘menggenggam tangan’ penjajah kafir barat, pengkhianatan mereka terhadap kaum muslimin khususnya rakyat Palestina makin nyata. Deklarasi New York yang baru baru ini disahkan, memuat solusi dua Negara antara Palestina-Israel dan penyerahan senjata hamas kepada otoritas Palestina sebagai konsekuensi dari solusi dua negara. 

Gaza ditinggalkan saudaranya. Teriakan, darah dan ribuan nyawa rakyat Gaza yang meninggalkan bumi ini tak sedikitpun menggentarkan eratnya kepentingan para pemimpin muslim dengan para penjajah kafir barat. Sekat Nasionalisme menjadikan mereka buta dan tuli terhadap apa yang telah dialami oleh rakyat Gaza.

Namun, pembunuhan jurnalis dan ribuan manusia yang meninggal akibat penjajahan ini tak akan memadamkan perjuangan rakyat Gaza. Mereka memahami kemuliaan yang Allah berikan atas tanah yang diberkahi dan juga kemuliaan menjaga tanah Baitul Maqdis. Meskipun dalam pandangan manusia apa yang selama ini dilakukan zionis menjadikan putus asa, namun keyakinan mereka terhadap janji Allah sungguh luar biasa.

Jika para pemimpin di negeri muslim tertutup oleh kabut gelap nasionalisme, maka selayaknya umat Islam di seluruh dunia ini wajib menolong perjuangan rakyat Gaza hingga tanah mereka bisa dibebaskan seutuhnya, yaitu dengan membangun kesadaran umat. Pentingnya umat Islam bersatu tanpa sekat nasionalisme bahwa perlawanan itu harus apple to apple, tentara vs tentara, senjata vs senjata.

Jika zionis Israel punya IDF yang didukung penuh oleh negaranya untuk menyerang Palestina, maka umat Islam harus menyerukan Jihad tentara-tentara muslim untuk memerangi IDF.

Sayangnya jihad hari ini sulit terlaksana jika umat islam masih berada dalam sekat sekat nasionalisme buatan barat. Maka umat Islam harus punya institusi sendiri yang bebas dari jeratan penjajah Barat, yaitu Institusi Khilafah yang dapat mengakhiri penjajahan Barat di negeri negeri kaum muslimin khususnya di Palestina.

Karenanya menjadi suatu kebutuhan yang penting untuk selalu melakukan aktifitas dakwah ideologis di tengah tengah umat agar umat Islam tak hilang arah.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel