Islam Mengharamkan Kapitalisasi Layanan Kesehatan
Oleh: Qomariah (Aktivis Muslimah)
Rakyat Indonesia Tengah gegap gempita memperingati hari kemerdekaan RI yang ke 80. Namun meski sudah merdeka
Layanan Kesehatan cepat, mudah dan berkualitas masih menjadi impian. realitasnya, hak dasar untuk sehat masih menjadi barang mahal dan sulit didapat di negerinya sendiri.
Pemandangan hiruk pikuk dan antre di ruang rawat jalan rumah sakit sudah menjadi hal umum. Puluhan warga dengan keluhan beragam penyakit masih harus berjuang keras demi mendapatkan pelayanan terbaik yang sebenarnya adalah hak sebagai peserta jaminan kesehatan nasional (JKN) dengan BPJS Kesehatan.
Warga berharap mendapat pelayanan kesehatan terbaik dari pemerintah, namun setiap kedatangan untuk mendapatkan kesembuhan menjadi sebuah ajang uji kesabaran yang menguras perasaan dan tenaga. Mulai dari proses panjang pendaftaran sampai mendapat giliran masuk ke poliklinik bisa mencapai 2 hingga 3 jam. proses itu belum selesai, si pasien masih harus menanti untuk bisa bertemu dokter.
Belum lagi, jika pasien diharuskan untuk melanjutkan tindakan berikutnya. Misalnya, membutuhkan pemeriksaan USG (ultrasonografi), CT-Scan, dan lainnya. Pasien kerap kaget karena harus antri hingga 2 bulan lamanya untuk mendapatkan fasilitas pemeriksaan lanjutan tersebut. Inilah.com (Senin,18/8/2025).
"Memang antriannya panjang, jadi nunggu dapat giliran,"cerita seorang pasien yang harus menunggu antrian USG (USG bagian perut/abdomen) di sebuah rumah sakit negeri di Jakarta, kepada inilah.com.(Sabtu,9/8/2025).
Layanan kesehatan yang berkualitas belum merata, masih banyak masyarakat kesusahan dalam mengontrol kesehatannya, juga banyaknya stunting dan masalah gizi menjadi problem serius negara. Karena layanan diberikan kepada swasta, dan negara hanya berperan sebagai regulator, sehingga kesehatan pun tidak bisa di jangkau oleh masyarakat yang tidak mampu.
Kesehatan di dalam sistem kapitalisme, hanya mengutamakan daerah yang dianggap bernilai ekonomi, sementara daerah terpencil terabaikan jauh dari layanan kesehatan. Adapun kesehatan diperlakukan sebagai komoditas, dan kapitalisasi kesehatan adalah suatu keniscayaan sebagai buah penerapan sistem kapitalisme, sehingga membuat layanan kesehatan susah didapat untuk masyarakat yang kurang mampu dan terpencil.
Sebab layanan kesehatan oleh swasta tentu berorientasi keuntungan yang biayanya sangat mahal, sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat miskin, Slogan"kesehatan untuk semua"hanya menjadi ilusi karena kebijakan pemerintah justru membuat kesehatan makin mahal dan hanya bisa dijangkau oleh kalangan berada.
Sedangkan kesehatan dalam Islam, memposisikan Kesehatan sebagai nikmat kedua setelah keimanan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW."mintalah oleh kalian kepada Allah SWT, ampunan dan kesehatan. Sesungguhnya setelah nikmat keimanan, tidak ada nikmat yang lebih baik yang diberikan kepada seseorang, selain nikmat sehat."(HR. Hakim).
Selain itu, Islam menempatkan Kesehatan sebagai kebutuhan publik, Islam juga meletakkan dinding tebal antara kesehatan dan kapitalisasi kesehatan. Bahwa Islam bukan cuma agama tetapi mengatur urusan manusia, serta memberikan amanah kepada negara dan tanggung jawab yang dipenuhi dalam kehidupan kesehatan untuk semua warga negaranya, baik muslim maupun non muslim.
Tanggung jawab negara terhadap kesehatan rakyat tidak boleh dilalaikan sedikitpun, karena pelalaiannya akan menimbulkan kemudharatan yang diharamkan dalam Islam.
Rasulullah SAW bersabda;"setiap kalian adalah pemimpin (raa'in) dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Dan imam adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya."(HR. Bukhari).
Dalam Islam negara juga memastikan ketersediaan fasilitas kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, kelengkapan alat kesehatan, dan ketersediaan obat untuk semua jenis penyakit, yang diproduksi oleh industri farmasi dalam negera. Jika diperlukan, negara akan menyediakan rumah sakit keliling untuk melayani rakyat di daerah pelosok dan terpencil.
Bahkan Islam mengharamkan kapitalisasi layanan kesehatan, yang jika itu terjadi penguasanya dicap sebagai penghianat, dan diancam dengan siksaan berat di akhirat. Demikianlah, bahwa kesehatan untuk semua hanya bisa terwujud jika Islam secara Kaffah diterapkan dalam bingkai Khilafah. Insya Allah.
Wallahu a'lam bishawab.