Generasi Emas vs Generasi Cemas
Oleh: Ning Alfiatus Sa'diyah, S.Pd. (Pengasuh TPQ Darul Arqom dan Madin Nurul Mas'ud)
Setelah puluhan tahun Indonesia dianggap merdeka, negara ini tak kunjung melahirkan generasi emas. Kondisi para pelajar tak karuan. Banyak kasus perundungan, kekerasan seksual, dan kenakalan remaja yang terus bertambah dan meningkat. Tak sedikit pelajar yang terjerat narkoba, ikut serta tawuran, juga pembegalan (kompas.com, 09/08/2025). Miris sekali.
Polisi mengamankan 54 pelajar yang diduga hendak tawuran di wilayah Serpong, Tangerang Selatan sekitar pukul 03.00 pagi. Kapolsek Serpong menjelaskan, para pelajar ditemukan sedang berkerumun di dekat makam Tajuk Cilenggang, yang kemudian memunculkan kecurigaan warga sekitar. Bahkan, sebagian besar pelaku termasuk kategori di bawah umur.
Tak hanya itu, problem generasi sekarang juga terdapat pada kelemahan mentalnya. Mereka sulit untuk mengelola emosinya dalam menghadapi sebuah persoalan. Para remaja justru tenggelam dalam rasa cemas dan ketakutan.
Apabila tak mampu bergulat dengan persoalan tersebut, mereka lebih memilih jalan praktis yang seharusnya bukan menjadi solusi, yakni bunuh diri. Banyak remaja yang menempuh jalan ini dengan tujuan masalah yang dihadapi akan musnah.
Hal ini sering terjadi di kalangan mahasiswa yang bergulat dengan biaya UKT melunjak, ditambah dengan sulitnya mencari lowongan pekerjaan. Secara tidak langsung, mahasiswa dituntut untuk bekerja demi menambal bayaran UKT yang belum terbayar. Akhirnya, mereka stres dan bunuh diri supaya masalahnya terselesaikan. Naudzubillahi mindzalik.
Untuk menanggapi persoalan-persoalan ini, pemerintah menyodorkan solusi yang dianggap mampu menyelesaikan permasalahan. Pertama, program barak militer yang mendidik anak menjadi disiplin dan bertanggung jawab, juga melatih fisik anak supaya mampu membela negara. Kedua, adanya program Sekolah Rakyat (SR) yang dianggap mampu menghilangkan kemiskinan juga mempermudah akses pendidikan. Dan masih banyak lagi program-program lainnya.
Namun, solusi praktis yang dianggap menjadi jalan keluar, justru akan menambah masalah baru. Sebab, solusi tersebut tidak menyentuh akar masalah. Akar masalah dititik beratkan pada sistem yang diterapkan saat ini.
Sistem hari ini menjauhkan manusia dari fitrahnya. Nilai moral dan nilai spiritual yang harusnya menjadi dasar pendidikan justru tak laku, sebab digantikan dengan target akademik dan kelulusan.
Inilah buah kegagalan penerapan sistem kapitalisme, terutama dalam ranah pendidikan. Siswa dibiarkan tak tahu dan tak paham dengan jati dirinya masing-masing. Inilah yang dimaksud kebodohan struktural.
Sekolah tidak memberikan teladan yang baik. Guru hanya berperan sebagai pengajar, bukan pendidik dalam pembentukan kepribadian. Rumah yang seharusnya menjadi tempat kembali dan berteduh, justru tak memberi kehangatan, perhatian, juga kasih sayang.
Lingkungan pun tak mendukung bagi terwujudnya generasi emas. Bahkan tersebar bebas konten-konten kekerasan seksual di media sosial. Semua kalangan mampu mengakses dengan mudah, sebab tak ada filter dan perlindungan dalam bentuk pembatasan bagi masyarakatnya oleh negara.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat akan makin mencium bau busuk sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini. Masyarakat akan sadar, bahwa sistem yang diterapkan justru menjadi beban yang tak pernah terselesaikan.
Sebab di situlah akar permasalahannya. Maka, solusi yang digunakan untuk menyelesaikan problem ini adalah dengan mengganti sistem kapitalisme dengan menerapkan sistem Islam secara menyeluruh.
Negara Islam akan membentuk setiap individu dari masyarakatnya dengan pembentukan syakhsiyyah Islamiah (kepribadian Islam), sehingga pola pikir dan pola sikap masyarakat akan merujuk kepada Islam.
Negara Islam menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah yang akan mencetak generasi beriman dan bertakwa. Inilah yang dimaksud sebagai generasi emas. Di sisi lain, negara juga akan mengontrol berbagai sarana media supaya bermanfaat bagi masyarakat.
Media sosial akan digunakan sebagai sarana dakwah. Dalam kitab Nizamul Islam menyebutkan,"Pemilik dan pemimpin Redaksi media bertanggung jawab terhadap semua isi informasi yang disebarkan. Karena ia akan dimintai tanggung jawab terhadap semua bentuk penyimpangan syar'i seperti individu rakyat lainnya"(Syekh Taqiyyudin An-Nabhani). Negara akan menciptakan atmosfer yang kondusif bagi masyarakat supaya masyarakat senantiasa takut dan taat kepada Allah ta'ala.
Dengan mekanisme ini, Islam terbukti mampu mewujudkan generasi emas sekaliber Imam Syafi'i, Ibnu Sina, Al-Farabi, Al-Haitam, dan masih banyak lagi. Sejarah telah mencatat prestasi cemerlang mereka. Inilah yang seharusnya dilakukan negeri ini untuk mewujudkan generasi emas.
Wallahu A'lam Bishawab