Solusi Hakiki Pembebasan Palestina dari Penjajah
Oleh: Trianon Wijanarti
(Aktivis Muslimah, Ngaglik, Sleman, DIY)
Zionis Isr43L makin brutal dalam melakukan kejahatan di wilayah Gaza-Palestina. Baru-baru ini Zionis dengan menggunakan drone menargetkan jurnalis dan paramedis yang sedang siaran live. Respon dunia pun tampak sunyi. Ini merupakan pembungkaman dunia terhadap kondisi Gaza yang sesungguhnya. Dengan cara yang sangat keji Zionis melakukan pembantaian dan genosida untuk menghancurkan Gaza.
Setidaknya 20 orang, termasuk lima jurnalis yang bekerja di media internasional tewas terbunuh dalam serangan ganda Israel di Rumah Sakit Nasser yang berlokasi di Khan Younis, Gaza bagian selatan—wilayah yang dikuasai oleh Hamas menurut Kementeran Kesehatan.
Para jurnalis tersebut bekerja untuk kantor berita internasional seperti Associated Press, Reuters, Al Jazeera, dan Middle East Eye, seperti dikonfirmasi oleh media-media tersebut. Empat petugas medis juga tewas dalam serangan ini, menurut kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (bbc.com, 26/9/2025).
Sementara itu, dimuat dalam laman beritasatu.com pada 25/8/2025 menyatakan, Serikat Jurnalis Palestina mengecam keras serangan itu. Mereka menyebutnya sebagai perang terbuka terhadap media independent dengan tujuan menakut-nakuti jurnalis dan mencegah mereka menjalankan tugas profesional untuk mengungkap kejahatan kepada dunia. Berdasarkan data dijelaskan, lebih dari 240 jurnalis Palestina telah tewas akibat serangan Zionis Isr43L di Gaza sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.
Sungguh kejam dan keji cara-cara yang dilakukan Zionis untuk melancarkan penghancuran Gaza. Target serangan Zionis pada para jurnalis dunia juga menunjukkan kebiadaban. Pembunuhan para jurnalis merupakan bentuk pembungkaman kebenaran dan mempermudah penghancuran Palestina. Zionis bisa semakin buas melakukan kejahatan tanpa peliputan jurnalis untuk diketahui dunia.
Tanpa menutup mata, dunia sebetulnya mengetahui hal tersebut. Tetapi, sangat miris umat Islam dan dunia internasional hanya sebatas menyerukan kecaman dan kemarahan dalam kata-kata, tanpa ada gerakan nyata yang dilakukan untuk menghentikan kekejaman Zionis. Tak juga memberikan solusi yang menyentuh akar permasalahan, yakni membebaskan Palestina dari segala bentuk penjajahan Zionis Yahudi. Alih-alih memberikan solusi hakiki, solusi yang ditawarkan tak lebih dari sekadar tuntutan gencatan senjata atau solusi dua negara.
Dua milyar umat Islam dunia adalah jumlah yang tidak sedikit, namun belum bisa bersatu untuk melawan kebiadaban Zionis dengan menyeru kepada para penguasa negeri Muslim untuk mengirimkan bantuan militernya membantu saudara muslimnya di Gaza. Penguasa Muslim hanya sekadar bicara retorika kecaman di media, kemudian sibuk lagi dengan perjanjian-perjanjian kerjasama dengan penjajah dan sekutunya. Inilah keberhasilan penjajahan dalam memecah umat Islam dunia dengan sekat negara dan bangsa. Ukhuwah Islamiyah pun lemah dan solusi hakiki pun belum menjadi opini muslim dunia.
Padahal, tanah Palestina adalah tanah kaum Muslim yang dijarah kaum Yahudi. Mereka mengaku berhak atas Palestina sebagai keturunan Nabi Ibrahim dari Nabi Ishaq, sedangkan Islam menerangkan bahwa Nabi Ibrahim bukan orang Yahudi sebagaimana Firman Allah:
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.” [Ali Imran/3: 67].
Dalam Islam disebutkan bahwa sesama muslim adalah bersaudara sebagaimana sabda Rasulullah sebagai berikut:
"Seorang muslim adalah saudara untuk muslim lainnya. Karenanya, ia tidak boleh berbuat zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina yang lain.” (HR. Muslim) [HR. Muslim no. 2564]
Seyogyanya, sesama muslim harus saling membantu. Umat muslim dunia harus membantu muslim Palestina yang sedang diperangi penjajah Zionis secara nyata untuk menguasai tanah Palestina. Pembebasan tanah Palestina diperlukan jihad. Kewajiban jihad adalah mutlak. Jihad dalam hal ini adalah perang melawan penjajah dan penjarah tanah kaum Muslim.
Dalam laman Siddiqaljawi.com dijelaskan bahwa jihad itu tidak harus menunggu Khilafah. "Jihad itu kefardhuan (kewajiban) yang bersifat mutlak, tidak terikat (muqayyad) dengan sesuatu, begitu juga tidak disyaratkan dengan sesuatu. Adapun dalil syar'i mengenai jihad itu bersifat mutlak :
كُتِبَ عَلَيْكُمْ الْقِتالُ
“Diwajibkan atas kamu berperang.” (QS. Al-Baqarah : 216).
Jadi keberadaan khalifah tidak masuk ke dalam kewajiban jihad, bahkan jihad itu hukumnya fardhu baik ada khalifah bagi kaum muslimin maupun tidak ada khalifah.” (Taqiyuddin An-Nabhani, Al-Syakhshiyyah al-Islāmiyyah, Juz II, hlm. 152).
“Keberadaan Imam (Khalifah) bukanlah syarat untuk melaksanakan kewajiban berperang melawan musuh-musuh (kafir), karena ayat-ayat Al-Qur`an dalam urusan perang telah datang dalam bentuk mutlak yang tidak diikat dengan syarat seperti ini (wajib ada Imam/Khalifah)."
Dari sini jelas, solusi hakiki untuk pembebasan Palestina dari penjajah Zionis adalah dengan jihad. Jihad offensive wajib dilakukan oleh masyarakat di daerah yang diserang penjajah dan masyarakat muslim sekitarnya maupun yang lainnya memiliki kewajiban untuk membantu. Sementara itu, pengiriman bantuan militer baik senjata atau pasukan hanya bisa dilakukan oleh penguasa. Dengan demikian wajib bagi penguasa muslim untuk mengirimkan bantuan militer untuk membantu Palestina mengusir penjajah. Sedangkan jihad untuk masyarakat sipil umum dengan menyeru menggaungkan solusi hakiki kepada pemimpin untuk mengirimkan bantuan militer ke Palestina untuk mengusir penjajah. Untuk itu, umat Islam harus bangkit. Umat Muslim di dunia harus bersatu dalam opini jihad mengusir penjajah di mana pun berada khususnya di tanah Palestina.
Wallahu a'lam bishawab