Menyoal Kampung Narkoba di Surabaya.

 



Indriani, S.Pd

(Praktisi Pendidikan, Ngaglik, DIY)


Fenomena label “kampung narkoba”—terutama di kawasan Jalan Kunti/Sidopoto, Surabaya makin populer saja setelah serangkaian operasi yang digelar oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Timur dan aparat gabungan. Seperti yang diketahui, telah ditemukan peredaran narkotika dalam jumlah signifikan dengan pengguna dari kalangan muda, terdapat 15 pelajar yang positif mengonsumsi narkoba (beritasatu.com,14/11/2025).


Para pemuda yang digadang sebagai generasi penerus bangsa kini rusak secara fisik, mental dan akal, dalam jajahan sistem tatanan sosial kapitalis liberal yang diemban Negara. Di mana tidak adanya tindakan tegas dalam mencegah peredaran liar narkoba untuk melindungi bangsa.


Dalam hal ini berbeda pada masa kejayaan Islam yang melahirkan peradaban emas. Sebagaimana masa Daulah Abbasiyah misalnya. Sejarah peradaban yang melahirkan para ulama, cendekiawan muslim, para penemu hingga 4 imam mazhab besar. Semua itu terwujud karena penerapan Syariat Islam, yang mendorong adanya naluri ketakwaan kepada Allah Swt.. Di mana gharizah tadayun mengantarkan setiap hamba untuk menjadi pribadi yang bukan hanya menjadi ahli ibadah, fikih, namun juga menjadi era abad kegemilangan sumbangan peradaban dengan aneka penemuan. Tak luput dari itu, naluri bereksplorasi dan naluri berkreasi yang dibalut dengan seni sastra, menjadikan gerbang keimanan menjadi puncak tinggi peradaban Islam.


Kejayaan Islam berikut dengan background nuansa edukasi yang difasilitasi negara, menjadikan Islam naik tahta dan kasta. Ibarat mercusuar, peradaban Islam telah menjadi role model bagi peradaban termasuk Eropa. Seiring waktu berlalu, Eropa cemburu melihat kegemilangan Islam. Hingga mereka ingin mengejar ketertinggalan, dengan banyak belajar teknologi dari Islam. Namun, tatkala melemahnya internal umat Islam, di tahun 18 Masehi, neraca pun terbalik—peradaban Islam mengalami kemerosotan. Sementara, Eropa mulai berjaya pada revolusi industri dan ekspansi politik.


Eropa tidak hanya mengembangkan teknologi, tetapi juga menyebarkan racun pemikiran demi merebut kekuasaan, melalui paham sekuler, demokrasi-liberal, konsumer dan kapitalis, serta berbagai ancaman moral, berikut dengan agenda perusakan generasi lewat jalur perdagangan dan penyalahgunaan narkoba salah satunya. Tentu saja, kerusakan ini menggerogoti generasi muda di negeri-negeri mayoritas Muslim. Fenomena “kampung narkoba” hanyalah satu butir debu dari imbasnya hegemoni dan dominasi Asing, agar dunia Islam terkoyak-koyak, tak lagi berjaya. 


Eropa tidak akan rela jika Islam melesat maju sebagaimana kegemilangan masa Daulah Abbasiyah. Eropa memiliki renstra perusakan generasi, mengingat visi besar mereka gold, glory, dan gospel. Individu dibuat sekarat dan kecanduan narkoba, tidak bisa bangkit dari rasa malasnya. "Kampung Narkoba” di Surabaya, menjadi alarm keras akan rapuhnya fondasi spiritual, sosial, pendidikan generasi dan penetrasi budaya global yang tidak sejalan dengan nilai ketakwaan. Narkoba menjadi penyakit peradaban yang memutus masa depan umat. 


Mau tidak mau, setiap muslim yang mengaku beriman harus patuh kepada syari’at yang Allah turunkan. Hanya dengan menghidupkan kembali nilai Islam secara utuh dan menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan—adalah jalan panjang untuk menjaga umat dari berbagai kerusakan. Sehingga terbangunlah benteng kuat yang dilandasi keimanan dan ketakwaan. Maka jangan mau menjadi tumbal demokrasi sekuler liberal!


Wallahu’alam bi showab.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel